Peraciknya, Abdul Majid mekanik dari bengkel Perintis Motor (PM) di Jl. Raya Menur No.29F, Surabaya, Jawa Timur ini. ÔÇ£Meskipun cukup lama bereksperimen, tapi tidak mudah putus asa dalam melakukan apapun yang diinginkan. Semua berkat team dan joki yang selama ini menemani saya dalam riset mesin,ÔÇØ bilangnya.
Penasaran apa yang membuat motor ini jadi kencang dan disegani? Pasti ada resepnya donk. Nyok kita lihat langsung resep yang diracik. ÔÇ£Buat terjun di kelas 200 cc, cukup andalakan piston Honda CBR 150R diameter 64 mm,ÔÇØ ujar mekanik yang biasa disapa Majid ini.
Pilihan pakai piston CBR 150R, karena bobot piston ini tergolong ringan. Itu kalau dibandingkan dengan piston Tiger, lho. Belum lagi, pakai penggebuk ruang bakar milik CBR150, tak perlu banyak ubahan.
Ya, seperti memapas dinding piston bagian bawah agar tidak mentok ke kruk as atau crankcase. Karena bobot piston relatif ringan, untuk mengkail rpm juga lebih cepat.
Apalagi harus naik stroke. Menggunakan seher CBR 150R tidak perlu tebal paking bloknya. Karena piston ini lebih pendek dari standar.
Kalo cuma andalkan piston doang, kapasitas engine hanya bengkak hingga 186,3 cc aja tuh. Maka itu, coba menaikan stroke. Buat menaikkan langkah piston, doi nggak neko-neko.
Maksudnya, doi enggak ingin andalkan kruk as bikinan luar negeri. Malah, setang seher asli bawaan Mio tetap dipertahankan. ÔÇ£Cuma main pen stroke aja kok. Itu juga pakai yang 2 mm. Total, naik stroke 4 mm,ÔÇØ ungkapnya.
Lewat ubahan stroke ini, isi silinder kembali naik. Dari 186,3 cc, kapasitas keseluruhan kini sentuh 199,7 cc. Yup, tinggal 0,3 cc lagi sentuh angka 200 cc tuh.
Selanjutnya, untuk mengejar kompresi yang diinginkan, kepala silinder ikut dipapas hingga 0,8 mm. Kubah di silinder head, mengikuti diameter piston. Kini, Mio bersasis biru itu memiliki perbandingan kompresi 14 : 1.
Blarrr... (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Pelek : Daytona 1.40 x 17
Ban depan : Eat My Dust 45/90-17
Ban belakang : Eat My Dust 60/80-17
CDI : Yamaha Fino
PM : 031-7181-4100