Karena pemerintah tidak mampu memberikan prasarana jalan ideal untuk motor, mereka terpaksa merebut hak pejalan kaki di trotoar. Situasi ini bukan 100 % kesalahan pengendara. Mereka terjepit dan terpaksa melakukannya!
Fakta bicara, two wheeler alias pengendara kena sasaran sebagai perebut hak pejalan kaki di trotoar. Sebagai brothers tentu kita mengakui kesalahan itu. Suasana di jalanan apalagi jam sibuk sangat overloaded. Mobil, bus juga angkutan umum banyak memakan lahan yang harusnya untuk motoris
Lihat situasi motoris di jam sibuk. Mau kemana lagi mereka selain naik ke trotoar?
Misalnya hak mereka yang dominan di lajur kiri, terus terang saja sudah nggak efektif. Jalur kiri ini sudah diambil alih kendaraan yang lebih besra, mereka bahkan mangkal seenaknya. Motoris makin terjepit dan cuma punya dua kemungkinan, bertarung dengan mobil sampai jalur busway atau naik ke trotoar merampas hak pejalan kaki.
Bukti kalau pemerintah juga nggak menghormati fungsi trotoar. Lihat faktanya, gardu karcis parkir resmi untuk motor malah menggunakan trotoar. Hak pejalan kaki dirampas!
ÔÇ£Jika pemerintah menyediakan dan bisa mengatur para pejalan kaki dan pengendara tidak perlu harus saling berebut lahan,ÔÇØ ungkap M. Budi Susandi, anggota Koalisi Pejalan Kaki.
Lahan parkir untuk motor sangat nggak ideal. Di gedung tertentu, motor malah dilarang masuk. Akhirnya trotoar jadi sasaran. Salah siapa hayo?
Keluhan para pejalan kaki langsung menuju kepada motoris sebagai tersangka utama selain pedagang kaki lima yang juga merampas hak mereka. Tapi di sisi lain, pengendara motor juga tentunya nggak mau naik-naik trotoar jika prasarana di jalan memang sudah ideal.
Jika tidak naik trotoar mereka terjepit dan terpaksa memanfaatkan jalur TransJakarta yang memang sudah banyak memakan jalan. Kejadian setiap hari ini bisa disaksikan di beberapa koridor busway.
Foto-foto berikut ini bicara betapa prasarana pemerintah belum memberikan ruang ideal buat motoris. Mau bukti?
(motorplus-online.com)