Nah, lho. Bisa jadi, kesalahan bukan pada produknya. Tapi, kesalahan dalam mengaplikasinya. Itu karena kurangnya pemahaman pada spek produk tersebut.
Misalnya cairan pembersih mesin. Saat ini banyak dijual di pasaran dengan berbagai nama. Ada Engine Degreaser (ED), Engine Conditioner (EC) dan Engine Flush (EF). Dari sisi nama, kelihatannya tak jauh berbeda. Sama-sama untuk membersihkan mesin. Padahal, kalau dilihat spesifikasinya, peruntukannya jauh beda.
ED misalnya. Berisi cairan kimia berbahan dasar solven. Gunanya membersihkan bagian luar mesin akibat debu dan kerak oli. Di dalamnya berisi Sodium Lauryl Sulfate (SLS) dalam konsentrasi tinggi. Disebut surfaktan yang mempunyai sifat deterjen. Makanya, kerak oli bisa langsung rontok.
Berbeda dengan Engine Conditioner. EC untuk membersihkan bagian ruang bakar mesin. Caranya, disemprotkan langsung dari karburator atau throttle body injeksi. Cairan ini membersihkan karbon yang hinggap di piston, klep maupun spuyer karburator.
Dan satu lagi, EF. Digunakan pada girboks. Jadi, cairan dimasukkan ke dalam mesin seperti memasukkan oli mesin. Kemudian mesin dihidupkan, lalu dikeluarkan berbarengan dengan oli mesin. Gunanya, membersihkan gigi pinion di mesin dan ruang girboks.
Sekarang, bayangkan bila pemakaiannya tertukar. ED justru dimasukkanke dalam mesin? Sil di mesin akan hancur. Karena kimia sodium yang keras tadi sangat bereaksi terhadap bahan yang terbuat dari karet.
Atau sebaliknya, EF buat membersihkan bagian luar mesin. Dijamin makin kotor. Begitupun dengan pembersih yang bersifat penetrant. Fungsinya mengusir karat. Biasa dipakai untuk membuka baut yang lama tak dibuka dan diserang karat.
Karena keampuhannya inilah kadang digunakan untuk membersihkan semua part. Salah satunya discbrake atau kaliper rem. Padahal, ÔÇ£Bahan ini sangat tidak cocok digunakan untuk membersihkan perangkat rem. Karena, selain membersihkan karat, penetrant juga mempunyai sifat melindungi bahan dari karat. Nah, bahan ini membuat rem cakram susah dijepit dan rem jadi kurang daya cengkeramannya,ÔÇØ jelas Antoni Setiadi, ahli kimia lulusan Amerika.
Juga soal cover body dan jok motor. Tak jarang, setelah motor dibersihkan, kilapnya hanya bertahan sebentar. Setelah itu makin buram kadang pecah.
ÔÇ£Itu terjadi karena salah memilih pembersih. Untuk bahan sintetis dan plastik, sebaiknya memakai pembersih yang berbahan dasar air (waterbase). Jangan berbahan dasar solvent. Solvent memang mempunyai daya bersih lebih besar. Saking besarnya, coating pada jok atau plastik juga bakal hilang,ÔÇØ tegas Maulana Martadi, Managing Director MBtech.
So, pastikan dulu fungsinya sebelum membeli atau menggunakannya. (motorplus-online.com)