Sebenarnya bisa disebabkan dari pemasangan liner yang kurang baik. ÔÇ£Bisa karena toleransi antara liner dan silinder blok tidak diukur dengan alat yang presisi. Sehingga ketika terkena gerakan piston yang naik-turun, lama-lama liner ikut terbawa atau ketarik,ÔÇØ ungkap Junus Budi Sarojo, R&D Section Head PT Federal Izumi Manufacturing (FIM).
Menurut pria ramah berkumis ini, ketika membubut liner dan silinder, harus diberi step (semacam kuping) sekitar 5 mm. Lalu, toleransinya dibuat tepat. Jadi ketika memasang liner pun tak perlu dorongan yang terlalu kuat.
Ukuran yang tepat dan diberi step, akan ciptakan transition fit. Yaitu, kelonggaran atau kerapatan dimana daerah toleransi lubang dan daerah toleransi poros saling menutupi.
Sama diungkapkan Chandra Sopandi. ÔÇ£Liner yang turun dikarenakan proses pembuatan kuping untuk liner tidak menyiku (90??; red),ÔÇØ sebut pemilik bengkel bubut Master Tjendana di Bandung, Jawa Barat.
Maksudnya, bahan boring dan kupingnya sudah berbentuk huruf T (menyiku 90??). Jadi, tinggal ngebubut blok untuk membuat kupingnya yang harus menyiku sesuai kuping boring. ÔÇ£Kalau untuk clearance boring dan blok sekitar 0,07 s/d 0,08 mm,ÔÇØ tutup Chandra. Begitu lho!. (motorplus-online.com)