Pengukuran tekanan ban wajib hukumnya dilakukan berkala. Apalagi, menjelang digunakan untuk perjalanan jauh seperti mudik nanti. "Tekanan ban harus pas sesuai anjuran di roda, supaya tidak terjadi pemuaian dan tekanan berlebih yang bisa mengakibatkan ban pecah," tegas Dodiyanto lagi.
Pengecekan tekanan angin pada ban bertujuan supaya daya cengkeram ban tetap maksimal, terutama saat dipakai perjalanan jauh. "Paling krusial saat pengereman dan menikung. Soalnya sebagian besar bobot pindah ke ban, akibatnya dinding ban akan paling menerima beban paling berat," jelas Dodiyanto lagi.
Untuk itu, pengecekan tekanan ban harus terukur dengan benar. Nah, pengecekan tekanan ban yang paling tepat, yaitu saat kondisi sekitar dingin. Baik udara maupun bannya. Sebab dalam kondisi dingin, gas tidak memuai. Jadi, kondisi tekanan adalah yang sebenarnya.
Udara sekitar yang tidak panas juga bisa membantu pengukuran tekanan angin yang lebih presisi. Makanya, pengecekan saat malam hari jadi lebih pas. Ini perlu karena gas atau angin di ban juga tidak sedang dalam kondisi memuai. Sebab, jika sedang memuai, maka tekanannya akan bertambah.
Sebagai patokan, Dodiyanto dan Dwijono menyebut, kalau ban sudah berjalan sekitar 30 menit, maka tekanan angin bisa ditambahkan 4 psi dari ukuran seharusnya. Misal setelah jalan ban menunjukan angka 30 psi, artinya tekanan ban tersebut ketika dingin hanya 27 psi. Bisa jadi ini kurang dari tekanan yang dianjurkan pabrikan.
Oh ya..., beban berlebih saat mudik juga harus dihitung saat mengukur tekanan ban. Tekanan ban perlu ditambah untuk menjaga bentuk ban tetap optimum. Soal toleransinya, pabrikan ban motor biasanya memasang batasan antara 2 sampai 3 psi lebih rendah atau lebih tinggi dari batas yang dianjurkan. (motorplus-online.com)