Nggak heran, banyak penumpang paranoid, semisal kejadian yang menimpa Annisa Azwar (20). Cewek asal Bukittinggi, Sumatera Barat ini ketakutan hingga lompat dari angkot. Ia khawatir jadi korban tindakan kiriminal di jalan layang Pasar Asemka. Alhasil, supir angkot U10 Muara Angke-Sunter, Jamal (37) ditetapkan jadi tersangka. Di sisi lain sang supir mengaku tak berniat melakukan tindakan kriminal. Ia pun mengaku kaget, penumpangnya tiba-tiba lompat hingga tewas (10/2).
Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel menyebutkan kasus yang belakangan terjadi di transportasi umum menyebabkan tingkat ketakutan terutama penumpang wanita jadi semakin tinggi.
Ia menyebutkan kasus perkosaan yang menimpa seorang mahasiswi perguruan tinggi swasta di Jakarta Barat dan kasus percobaan perkosaan beberapa waktu lalu di sebuah angkot di Lapangan Banteng memberikan kesan tidak aman di dalam sebuah angkutan umum.
ÔÇ£Perasaan yang takut ini, terlebih di dalam angkutan sendirian membuat korban akan melakukan tindakan apapun untuk menyelamatkan diri,ÔÇØ jelasnya lebih lanjut.
Oleh karena itu, pemerintah kota Jakarta mewajibkan angkot untuk menggunakan kaca bening. Sehingga, apa yang terjadi di kabin bisa terlihat dari luar. ÔÇ£Namun ini tidak bisa mengurangi rasa takut juga. Terlebih kalau malam dan pulang sendiri,ÔÇØ ungkap Oktiza Devina seorang guru yang sehari-hari langganan menggunakan kendaran roda dua.
Ia menyebutkan, sekarang ini pekerja cewek pun sama dengan cowok. Bisa pulang malam karena kebagian shift terakhir. ÔÇ£Kendaraan umum bisa memfasilitasi itu sampai jam 23:00 WIB sekalipun. Tapi tetap serem, meskipun naik taksi tetap saja tidak bisa memberikan jaminan penumpang selamat sampai di rumah,ÔÇØ kata Oktina yang mengaku menggunakan motor selain karena efisien juga bisa terhindar dari pelecehan seksual.
Pilihan lain yang sedikit agak aman, adalah ojek. Meski tidak jaminan juga, tetapi paling tidak posisi penumpang dan pembonceng terlihat jelas dari luar.
ÔÇØWalau tidak kenal, ojek bisa dibilang lebih aman. Itu karena ojeker biasanya gabung dalam satu komunitas tertentu. Mereka terikat secara nggak tertulis dengan etika komunitasnya. Jika penumpang nggak puas, yang rugi kumpulannya. Apalagi kalau melakukan kegiatan kriminal,ÔÇØ bilang Rawing, ketua Komunitas Ojeker Buana Gardenia (KOBG).
Soal keamanan, sebenarnya ada dua sisi. Saat hangout dengan komunitas ojek lain di Bandung Timur, pentingnya komunitas untuk menjaga keamanan penumpang juga ojekernya sendiri. Bahkan jika dilihat dari sisi korban, malah banyak juga ojeker yang menjadi korban kejahatan.
ÔÇØKami kadang juga ikut mengawasi satu sama lain. Kejahatan sering menimpa kami sendiri. Misalnya pernah ada penumpang cewek, tapi setelah naik ada yang membuntuti. Ini komplotan, mereka nanti akan merampok sang ojeker, nah kami saling menjaga satu sama lain,ÔÇØ bilang rekan-rekan dari Anggota Roda Dua Ciguruwik yang mangkal di Jl. Raya Cibiru, Bandung.
Bahkan beberapa anggota ojeker menjadi supir pribadi dengan sewa bulanan. Seperti yang dilakukan Aciel, seorang ojeker dari bilangan Ciledug. ÔÇØTerutama penumpang wanita dan anak-anak. Saat saya dapat penumpang ojek, saya coba menawarkan untuk menjadi langganan, saya lihat jadwalnya dan mengantar secara rutin. Menurut penumpang, itu lebih aman dan mereka juga sudah kenal saya secara pribadi,ÔÇØ jelas Aciel.
Meski begitu, kewaspadaan penumpang ojek tetap harus selalu tinggi. Tentunya juga pandai melihat situasi, berpikir positif dan jangan lupa untuk tidak lupa mengingatkan tukang ojek agar menyediakan helm cadangan, tetap safety sebagai standar paling utama. (motorplus-online.com)