ÔÇ£Harus pintar atur setingan perbandingan kompresi mesin, tentu agar motor enggak terlalu kuat di putaran bawah. Kalau kompresi tak cocok, sliding berlebihan dan gelosor,ÔÇØ papar Mitayantho, mekanik dari tim Honda Rinjani.
ÔÇ£Dengan begitu putaran bawah power enggak terlalu besar, tetapi peak power akan terasa di 12.500 rpm,ÔÇØ jelasnya.
Sayangnya, gaya balap yang dimiliki Willy Hammer, kurang didukung oleh pemilihan ban yang mumpuni untuk diajak sliding. Sehingga saat lap-lap terakhir kelas Bebek 4-Tak 125 cc Tune-Up (MP1), performa ban mulai berkurang.
ÔÇ£Nampaknya ban yang dipakai performanya sudah mulai berkurang dan seperti terkena oli, sehingga melorot. Selain itu pemilihan final gear 14/40 mata saat final race, masih dirasa kurang pas. Akibatnya rpm cepat teriak, padahal final gear sudah diturunkan yang awalnya pakai 14/41 mata ketika penyisihan,ÔÇØ sesal Willy Hammer kelahiran Pinrang, Sulawesi Selatan.
Tapi, skill balapan Willy di sirkuit kebanggan kota Banten ini harus diacungi jempol. Walau sempat tercecer keluar lintasan saat bertarung untuk deretan 4 besar terdepan, dia semangat kembali ke lintasan lagi.
Dengan semangatnya, dia berhasil mencetak waktu tercepat alias best time untuk kelas MP1. Yaitu, 45,59 detik. Tapi, sayangnya hanya berhasil finish di urutan ke-9 MotoPrix Region 2 Seri 1, 2013 ini. Yang penting sudah bisa tembus best time, Bro.
Next time, podium pertama sudah di depan mata! (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
CDI: Rextor Pro Drag
Koil: Honda Absolute Revo
Sok breker: Ohlins
Pelek: Excel Takasago 1,60 x 17
Ban: FDR MP76 90/90-17