Akan terasa saat cc makin besar
Muklada Sarapuech, rider cewek yang naik podium kedua di seri V Asia Dream Cup di Autopolis, Jepang (8/9), kasih jawaban. Kuncinya Muklada mulai balapan dengan menggunakan sport, meski pun cc kecil.
“Karena terbiasa, jadi enggak masalah naik cc yang lebih besar,” ujar cewek yang berumur 19 tahun ini.
Untuk naik podium II, kesempatan Muklada memang besar. Meski rider non batangan satu-satunya di ADC tahun ini, tapi kemampuan dia terbukti sebelum race. Saat latihan dan QTT, pemilik nomor start 19 ini selalu berada di posisi 10 besar dari 17 pembalap. Bahkan, beberapa kali saat QTT sempat mencatat waktu di 5 besar.
“Hasilnya bisa terlihat. Karena Muklada diawali dengan balap dan latihan pakai motor sport cc kecil, jadi dia terbiasa,” ujar Veeravit Kittimahachai, Manager Motor Sport & Safety Riding AP Honda, Thailand.
Pembalap cewek seperti Muklada jadi fenomena di balapan ADC lantaran terbiasa dengan motor batangan. Meski latihan dengan sport cc kecil, efeknya akan benar-benar terasa saat naik kelas di cc yang lebih besar.
“Saya juga begitu. Latihan saya pakai sport cc kecil seperti Honda NSF125. Latihan pakai sport semua badan bergerak,” urai Hiroki Ono yang dipastikan jadi Juara ADC musim ini sebelum berakhirnya seri ADC di Qatar, November.
Dengan terbiasa training pakai kuda besi batangan, teknik balapan jadi maksimal. Semua tahu balapan tingkat internasional pastinya menggunakan motor laki yang memaksimalnya gerakan dari pinggang ke paha.
Ini berbeda kalau hanya terbiasa latihan atau balapan pakai bebek. Bebek lebih banyak bertumpu pada tangan sampai pinggang.
“Benar. Dulu terasa banget setelah lebih dari 5 lap kalau balapan motor sport. Kalau pakai teknik bebek, tangan cepet cape dan pegal. Padahal, balapan motor sport butuh kekuatan paha dan pinggang,” timpal M. Fadli, andalan Manual Tech Kawasaki di kelas 600 cc. (www.motorplus-online.com)