Meski mesin 125 cc, Vespa LX 125 terkenal lemot tarikannya. Malah kalau disandingi dengan skubek Jepang yang cc-nya lebih kecil, masih gesitan skubek Nippon. Terutama di putaran menengah ke atas.
Konon, masalahnya bersumber dari CVT yang kurang cihuy. “Selain tarika agak lemot, bensinnya juga boros,” bilang Khalifatul Ardi, pembesut Vespa LX 125 keluaran 2012 dari Alam Sutra, Tangerang Selatan, Banten.
Nah, masalah tersebut jadi perhatian sekelompok mahasiswa Fakultas Teknik Mesin Universitas Mercubuana di Meruya, Jakarta Barat semester 9. Termasuk Ardi.
Dalam rangka membuat tugas kuliah untuk menyelesaikan program studinya, Yanu Biratmoko, Irsya Fadihil, Sachrul Ramdani, Itop Jaya, Syahrul Amin dan Ardi mencoba lakukan riset pada sistem penerus skubek Italiano tersebut.
Ujicoba, yakni dengan mengganti per CVT pakai yang lebih keras dari bawaan motor. Dengan asumsi, semakin keras per CVT-nya, maka bukaan puli sekunder akan makin lambat. Sehingga rasio puli primer dengan sekunder lebih enteng.
“Kami coba pakai per CVT aftermarketnya Honda BeAT yang kebetulan mirip dengan punya LX 125. Kekerasannya 1.000 rpm dan 1.500 rpm. Standarnya LX 125 cuma 800 rpm,” beber Itop. Pengujiannya dilakukan di atas mesin dyno milik Ultraspeed Racing di Jl. Panjang No.1, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Hasilnya, pada pengujian per standar didapat power maksimum 8,269 dk di 8.777 rpm, dengan torsi puncak 8,44 Nm di putaran 6.289 rpm.
Per 1.000 rpm dan 1.500 rpm bisa pakai aftermarket BeAT
Begitu per diganti yang 1.000 rpm, tenaga maksimum langsung terkoreksi jadi 8,64 dk di 8.758 rpm (naik 0,371 dk). Namun puncak torsi malah drop jadi 7,456 Nm. Itu pun dicapai pada putaran mesin yang lebih tinggi dari per standar, yakni di 7.530 rpm.
Sementara di putaran 6.000-an, perolehan torsinya saat pakai per 1.000 rpm cuma 7,1 Nm (lebih rendah 1,3 Nm dari per standar). Efeknya sudah pasti tarikan bawahnya lebih lemot dari standar.
Tapi, jangan lihat itu dulu, bro! Coba deh perhatikan di putaran 7.530 rpm, torsi per standar justru lebih rendah dibanding per 1.000 rpm, yakni cuma 6,937 Nm.
Artinya, meski di rpm 6.000-an tarikan motor kurang galak, namun begitu kitiran mesin makin meninggi, entakan akselerasinya jadi lebih cepat karena torsinya makin gede. Ini bisa jadi obat untuk menyembuhkan kemampuan lari LX 125 di putaran menengah ke atas.
Untuk mengakali torsi di putaran bawahnya, gampang kok. EM-Plus pernah melakukan riset senada di Suzuki Skywave. Tinggal ganti roller yang lebih ringan 2 gram.
Sementara saat per diganti pakai yang 1.500 rpm, power dan torsi cenderung turun mulai 7.500 rpm ke atas. Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat tabel.(motorplus-online.com)
Per CVT Standar
Rpm Torsi (Nm) Power (Hp)
5.500 3,67 2,86
6.000 7,99 6,83
6.500 8,28 7,51
7.000 7,06 6,95
7.500 6,86 7,23
8.000 7,13 8,03
8.500 6,79 8,1
9.000 6,39 8,07
Per CVT 1.000 rpm
Rpm Torsi (Nm) Power (Hp)
5.500 4,82 3,74
6.000 7,19 6,05
6.500 7,05 6,45
7.000 7,25 7,12
7.500 7,46 7,88
8.000 7,27 8,18
8.500 7,1 8,48
9.000 6,8 8,57