Siapa pun juaranya MotoGP tahun ini, Marc tetap sebagai kampiunnya. Seandainya pun Marc gagal jadi kampiun balapan prototipe tertinggi di dunia tahun ini, Marc tetap layak jadi yang terbaik. Rider 20 tahun inilah yang jadi bintangnya.
“Marc unik. Teknik nikungnya jadi teknik baru. Keberaniannya beresiko tinggi, tapi sudah diperhitungkan matang. Jadinya, dia belum pernah mengalami kecelakaan fatal dengan keberaniannya di atas rata-rata pembalap sekarang,” kata Giacomo Agostini, legenda balapan dunia asal Italia.
Dari omongan Agostini jelas poin-poin apa aja yang bisa menyematkan Marc juara dunia musim ini. Teknik dan keberanian dengan perhitungan yang matanglah modalnya jadi kampiun.
Teknik menikung si Semut bukan cuma sekedar riding style. Tapi, Marc ngasih petunjuk kalau cara cornering yang sebelumnya masih bisa disempurnakan.
Penyempurnaan itu pun butuh penyesuaian ulang. Line angle Marc menyentuh 63 derajat. Sedangkan lawan-lawannya, maksimal rebah 61 derajat. Dengan lean angle yang lebih tinggi, motor harus digas lebih kencang. Kalau speednya rendah, Marc bisa mencium tanah. Artinya, teknik sikutnya yang ikutan menyentuh aspal dengan perhitungan matang. Tapi, butuh keberanian untuk ngegas lebih kencang.
Untuk membaca artikel selengkapnya, Baca Tabloid Motor Plus Edisi 767 (motorplus-online.com)