Lintasan memang sedikit menikung
Malam semakin larut. Bengkel AM di Tangerang sudah ramai dipenuhi remaja tanggung. Nama mereka aneh semua dan memang nggak umum! Ada Chalak, Ciko, Deking, Saproel, Bentoel, Samsul dan Dandul.
Hampir pasti itu bukan nama KTP tapi nama beken mereka di dunia trek liar. Yap, mereka itu pengebut aktif yang getol ngetrek di arena balap liar Alam Sutera atau beken disebut trek Sogo.
”Hampir setiap hari di sana rmai! Ratusan bengkel partisipasi, kagak cuma dari Tangerang,” yakin mereka sambil asyik seting motor yang bakal dipakai beraksi malam itu.
Di sela obrolan tercetus juga kisah rekan mereka yang tewas di arena. ”Memang aneh! Sudah 7 orang tewas tidak sampai sebulan. Paling akhir teman saya, Dede Belo pake Satria F,” jelas Benthoel.
Ia nggak habis pikir soal kematian rekannya itu. “Dia ada di posisi kiri, ngetrek berdua dengan lawan. Pas start posisi sudah di depan. Aneh! Kayak ada yang ngedorong dan minggirin! Motor tiba-tiba nyerong kanan terus sampai nabrak trotoar. Ia tewas di tempat, sama seperti korban sebelumnya yang juga meninggal di lokasi kejadian,” kisahnya.
Makin miris, rekan almarhum ada yang memvideokan detik tewasnya Dede. Kelihatan jelas ia ujug-ujug menyamping dan menabrak trotoar.
Kasus mereka yang tewas memang beragam. ”Beberapa karena panik saat dibubarkan Polisi. Mereka ngebut nggak tentu arah akibatnya adu kambing antara yang ngetrek juga penonton. Yang mengenaskan rata-rata yang celaka di sini memang tewas di tempat,” kata Benthoel joki balap liar dari zona Kunciran.
Ia mengakui rata-rata pebali ([pembalap liar) di sini sama sekali nggak mengindahkan unsur safety. “Hampir semua korban tewas nggak pakai helm juga sepatu. Kepala mereka cedera berat terbentur aspal,” kenangnya lagi.
Beraksi hingga malam
Mirisnya, nggak hanya pembalap yang tewas. Dua remaja putri disinyalir cabe-cabean (pacar pebali) juga tewas mengenaskan di lokasi kejadian. Foto mereka sempat beredar dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
“Mayat mereka nggak berani dipindahin sebelum keluarga dan Polisi datang. Mereka terkapar sampai pagi. Penonton dan rekan pebali sempat memberikan bunga di samping jenazah,” jelas Chalak dan Ciko remaja tanggung yang getol ngetrek di wilayah ini.
"Butuh peran semua pihak untuk mengatasi balap liar, terutama keluarga. Mestinya orang tua mengawasi aktivitas anaknya dan menasehati agar tidak ikut terjerumus dalam kegiatan berbahaya dan negatif. Petugas tetap mengawasi wilayah rawan balap liar ini," sebut Kombes Rikwanto, Kabid Humas Polda Metro Jaya.
Dari berbagai peristiwa itu, brothers semua harus cepat sadar untuk tidak lagi menyia-nyiakan nyawa di trek bali. Selain meresahkan dan menganggu, nyawa mereka juga jadi taruhan. (motorplus-online.com)