Beri kesempatan ikut balap resmi
Penyebab remaja ‘mainan’ balap liar (bali) dilatarbelakangi beberapa sebab. Salah satunya karena fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat perkotaan akan sarana olahraga dan rekreasi.
Seperti balapan di trek Sogo, Alam Sutera, Tangerang yang mengambil jalanan umum. “Tidak adanya ruang publik yang memadai dan kurang baiknya perhatian dari Pemerintah Daerah setempat membuat balap liar di jalur transportasi umum menjadi fenomena baru yang susah dikendalikan,” ungkap Yayat Supriyatna, pengamat masalah perkotaan.
Aksi yang memakai jalur umum transportasi kota ini tentu saja membuat resah banyak pengguna jalan lain. Bahkan tidak sedikit nyawa melayang sia-sia akibat dari itu semua.
Pemerhati masalah anak-anak dan remaja, Dr. Seto Mulyadi mengungkapkan maraknya pembalap liar disebabkan oleh beberapa faktor. “Kurangnya perhatian dari anggota keluarga. Para orang tua harus selalu memperhatikan anak, agar tidak terjerumus ke pergaulan seperti itu,” jelas pria akrab disapa Kak Seto ini.
Kabidhumas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto menyebutkan dari beberapa pelaku balap liar yang pernah tertangkap, rata-rata usia mereka antara 13-20 tahun. “Sebagian masih pelajar SMA bahkan ada yang masih SMP. Mereka juga berlatarbelakang ekonomi menengah ke bawah,” sebutnya lagi.
Untuk itu, Kombes Rikwanto menyebutkan pentingnya lingkungan, orang tua, sekolah juga pemerintah setempat membuat sarana para remaja untuk bersosialisasi. “Kalau dari sisi kepolisian, kami akan melakukan upaya persuasif hingga penegakan hukum. Motor yang tertangkap harus diambil oleh orang tuanya. Kepada mereka kami lakukan pembinaan,” sebut polisi kelahiran Medan, Sumatera Utara 48 tahun lalu ini.
Masih ingat saat MOTOR Plus berkunjung ke kantor Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, beberapa Minggu lalu. Sepertinya ide Jokowi yang ingin membuat sirkuit resmi di Jakarta layak didukung, agar tidak banyak putera potensial meninggal sia-sia di trek bali. (motorplus-online.com)