Find Us On Social Media :

Cabe-Cabean Dunia Balap Liar, Siap Bikin Pedas dan Picu Adrenalin

By Motorplus, Selasa, 3 Desember 2013 | 07:24 WIB
()

Era 2004 sampai akhir 2010-an berkembang istilah Jablay alias Jamah dan Belai. Istilah ini marak beredar di kalangan ABG yang juga kerap disebut alay alias ABG lebay.

Fenomena balapan liar, tidak hanya soal adu kebut dan gagah-gahan di atas motor. Balapan liar tidak saja sekadar keramaian alias hura-hura remaja yang biasanya dilakukan pada dinihari.

Kegiatan remaja yang juga didukung oleh pebengkel liaran ini tidak ingin mencapai kesenangan tersendiri yang memicu adrenalin baik bagi pelaku juga penonton. Kegiatan balapan liar ini juga semarak dengan taruhan. Taruhan yang dilakukan bukan saja soal uang semata. Tetapi juga, taruhan balap dengan hadiah cewek ABG. Para cewek ABG yang menjadi taruhan pebali (pembalap liar) ini dikenal dengan istilah cabe-cabean.

Istilah cabe-cabean itu sendiri, menurut Doddy Indrawan modifikator yang kerap terjun di balapan ini mengandung makna kiasan. “Cabe itu kan panas, hot. Makan cabe kan langsung tanpa perlu waktu lagi terasa pedes. Nah, cabe-cabean ini biasanya kalau sudah suka ya langsung saja bisa diajak jalan. Nggak usah mikir,” sebut punggawa Spongebob ini.

Meski awalnya, para cabe-cabean yang umumnya berusia 15 hingga 19 tahun ini dikenal di dunia balapan liar, namun kini terus berkembang. “Mereka sekarang juga suka ikut nongkrong bareng di setiap ada kerumunan motor. Biasanya mereka akan memilih motor yang keren tentunya di antara motor komunitas itu,” ungkap Doddy.

Para cabe-cabean ini ada yang sekadar senang-senang. Dibawa oleh para joki balap tanpa imbalan biaya. Yang mereka inginkan adalah ‘status sosial’ mereka meningkat. “Kalau mereka jalan sama pemenang balap, secara otomatis gengsi mereka ikutan naik juga. Begitu juga kalau mereka dibonceng dengan motor modifikasi yang keren. Tentunya mereka akan merasa keren,” sebut Doddy.

Para cabe-cabean ini biasanya datang ke lokasi balapan atau kongkow komunitas pada pukul 22:00. Mereka bisa menghabiskan waktu hingga pagi hari. “Waktu favoritnya Jumat malam atau Minggu malam. Hari-hari biasa juga ada yang datang kalau mereka tahu ada balapan di lokasi tertentu,” ungkap Doddy.

Salah satu cabe-cabean yang ditemui MOTOR Plus di wilayah balap liar Taman Aries, Jakarta Barat mengakui meski ada anggapan gampangan, namun begitu tidak dirinya tidak mau dianggap bisa diajak semua anak motor atau pebali.

“Kalau motornya keren dan dan jokinya asyik diajak ngobrol baru gue mau. Gue nggak dikasih duit kok kalau jalan sama anak motor,” sebut Tiara bukan nama sebenarnya.

Cewek 16 tahun itu juga mengaku sudah tidak bersekolah lagi. Kesulitan ekonomi menjadi alasan mengapa dirinya drop out dari SMP. “Bokap sudah nggak sanggup biayain sekolah,” lirihnya.

Namun demikian, ada juga di kalangan cabe-cabean yang menjadi ‘piala’ bagi para pemenang bali bermotif ekonomi. Balapan liar dalam semalam, para cabe-cabean yang menjadi taruhan bisa mendapat uang berkisar Rp 300 ribu hingga Rp 1 jutaan.

Sayang, biasanya para orang tua tidak mengetahui anaknya ikut jadi ‘pemanis’ di bali. Sebab, para cabe-cabean ini umumnya berbohong kepada orangtua dengan bilang main ke rumah teman.

Aldi salah satu, pengendara yang suka kongkow di wilayah Sektor IX, Bintaro, Pamulang Selatan mengatakan dari penampilan biasanya para cewek ini punya ciri. “Pakaian celana pendek, berbedak,” kata cowok berusia 17 tahun ini.

Aldi juga mengakui sempat berpacaran dengan cewek cabe-cabean, namun nggak berlangsung lama. “Cuma seminggu. Setelah itu nggak jelas lagi. Susah sama cabe-cabean. Lihat anak motor yang lebih bagus lagi motornya langsung kecantol,” ungkapnya.

Juni, pebalap liar yang kerap ikut ngebut di wilayah Puri Kembangan, Jakarta Barat menyebutkan biasanya di kalangan pebali sudah saling mengenal dengan cabe-cabean ini. “Umumnya kalau malam mau balap sudah saling broadcast di BB. Jam berapa ketemuan di lokasi di mana. Biasanya mereka datang nggak sendiri dari beberapa orang biasa bertiga.”

Namun begitu, menurut cowok yang mengenakan tato ini, cabe-cabean ini sekarang banyak digunakan oleh pihak kepolisian sebagai mata-mata. “Mereka biasanya disebut Cepu. Ya, semacam intelnya polisi gitu,” wanti Juni.

Para Cepu ini, biasanya memberikan informasi komplet mengenai kapan bermain dan nilai taruhannya berapa. “Selain itu, informasi penggunaan narkoba oleh para pebali juga ikut diinformasikan oleh mereka,” tegas Juni lebih lanjut.

Bila dilihat dari pengakuan para cabe-cabean, aktivitas mereka dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Makanya para orang tua tidak mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan anaknya.

Namun demikian, salah satu untuk melakukan pencegahan bagi para cabe-cabean ini. peran orang tua yang baik, walau anak tidak berterus terang, seharusnya orang tua dapat melihat perubahan yang terjadi pada anaknya, dari seberapa sering si anak keluar rumah, dari cara berpakaian maupun barang yang dimiliki atau bisa juga dari perubahan sikapnya. Pendidikan moral yang terpenting bukan berasal dari dalam sekolah melainkan berawal dari rumah. (motorplus-online.com)