Judul di atas pengakuan langsung Jorge Lorenzo saat ketemu MOTOR Plus di salah satu hotel berbintang lima di Jakarta, Sabtu lalu (30/11). Omongan Jorge berkaitan dengan kejadian dramatis di MotoGP Assen, Belanda. Di Assen Lorenzo turun balap. Padahal, dia baru selesai operasi tulang selangka karena terjatuh di sesi latihan resmi MotoGP Assen.
“Tidak ada satu pun yang memaksaku untuk balapan. Dirikulah yang memaksa untuk balapan saat itu. Saya balapan karena ingin menebus kesalahan. Itulah bentuk hukuman dari saya sendiri. Seandainya saya tidak balap saat itu, poin akan terpaut jauh. Itulah momen yang sangat dramatis bagi saya musim ini,” ujar Lorenzo.
Inilah yang jadi poin penting kenapa pembalap sekelas Lorenzo tetap bisa mempertahankan performanya. Dia sadar balapan tingkat dunia bukan cuma butuh teknik dan semangat tinggi. Tapi, juga tanggung jawab yang besar terhadap pilihan profesi yang diambil.
“Tapi, beban dan tekanan yang besar tidak bikin saya stres. Segala jadwal yang ketat selama semusim balapan atau menghadiri promosi dari pihak sponsor, saya nikmati. Kuncinya balapan adalah hobiku. Bagiku dunia yang sekarang kupilih seperti sebuah hiburan. Jadi, saya tak merasa tertekan,” kata andalan Yamaha Factory Racing.
Lorenzo menambahkan kalau dia sadar ada faktor keburuntungan sampai bisa jadi megastar di balapan aspal tertinggi di dunia. “Tidak semua orang bisa seperti saya. Saya bisa bertemu dan dicintai banyak orang. Bisa balapan di arena yang paling bergengsi di dunia. I’m lucky,” urai Juara Dunia MotoGP 2010-2012.
Di sinilah faktor manusiawi Lorenzo kelihatan. Keburuntungan jadi faktor penting seseorang untuk mengejar impian. Jadi, bodoh banget kalau ada orang yang enggak percaya faktor keberuntungan.
“Tapi, jangan bicara keburuntungan saat anda malas-malasan. Cuma menunggu keberuntungan sambil tidur-tiduran,” sergap pembalap dunia yang disponsori pabrikan sepatu asal Inggris, Reebok. “Seandainya kita sudah kerja keras, latihan dengan disiplin yang ketat, ikut banyak balapan, baru bicara beruntung atau tidak beruntung. Kalau gagal berarti belum beruntung, kalau berhasil ada faktor keberuntungan di balik itu semua,” kata Lorenzo.
Masa lalu Lorenzo pun turut mendukung. Ada seseorang dibalik suksesnya sampai bisa menjejakan kaki di balapan dunia.
“Ayah saya. Tanpa diperkenalkan dengan dunia balapan. Saya tidak bisa jadi pembalap seperti sekarang. Kalau ibu saya enggak dukung. Dia takut lihat saya balapan motor. Maunya ibu saya jadi pembalap mobil. Tapi, saya enggak suka balapan mobil karena lingkungan saya lebih dekat dengan balapan motor,” tutup Lorenzo.
Gracias, bro!