Meningkatkan performa skubek injeksi tanpa korek? Bisa dong! Kalau pengen tahu, motor injeksi standar, oleh pabrikan umumnya diseting irit. Sehingga dari segi performa ya jadi pas-pasan. Kalau kucuran bensinnya dibuka sitik, dijamin langsung joss..
Nih, untuk yang sudah punya Honda Scoopy Fi, bisa tiru hasil garapan Em-Plus. Untuk tahap awal, tidak usah yang terlalu muluk-muluk dulu. Pakai dulu part performa bersifat bolt on.
Untuk Scoopy Fi, ada beberapa part skubek terdahulu yang bisa digunakan. Antara lain jika ingin ganti knalpot free flwo, bisa gunakan punya Scoopy atau BeAT karburator, sama plek. Lalu roller, bisa pakai aftermarket-nya Vario 110 cc.
Pada edisi ini, Em-Plus aplikasi knalpot custom dari Scoopy karbu yang di beberapa edisi lalu diterapkan di Scoopy (karbu) bore up 130 cc. Silencernya dari produk Nob1 tipe Neo Silent. Sementara leher knalpotnya hasil custom dengan lekukan mirip pipa knalpot standar.
Tujuan ganti knalpot free flow, biar aliran gas buang lebih lancar dan putaran mesin bisa teriak lebih tinggi dan cepat. Soalnya saat pakai knalpot standar, putaran menengah ke atas terasa agak lama. Top speed juga cuma mentok di 95 km/jam, lantaran ECU Scoopy Fi dikasih limiter di kisaran 9.300 rpm.
Nah, buat buka naikin limiter plus dapat timing pengapian yang lebih advance, serta menyesuaikan kebutuhan bensin setelah ganti knalpot, Em-Plus aplikasi ECU stand alone BRT Juken 2 seharga Rp 625 ribu. ECU ini mudah dimapping sendiri lewat remote (Rp 250 ribu). Tidak perlu laptop dan software khusus.
Dalam ECU BRT Juken, sudah ada mapping fuel yang mirip standar pabrik. “Jika mesin sudah diupgrade dan butuh semprotan bensin berbeda, tinggal ubah mappingnya lewat remote. Bisa atur limit rpm juga,” aku Tri Wahyudi, mekanik BRT.
Em-Plus yang coba seting sendiri, kasih limit rpm di 12 ribu. Sementara mapping fuel di 5.500 rpm hingga 7.750 agak dikeringin sedikit sekitar -5% dari mapping standar ECU Juken. Lalu di 8.000 rpm ke atas, dibasahin sekitar +3%.
Hasilnya ketika didyno dengan kondisi hanya ganti knalpot, AFR yang semula agak basah (sekitar 12,5 :1) di putaran 5.500 – 7.750 rpm berhasil terkoreksi jadi 13:1. Untuk performa, AFR ini terbilang ideal. Begitu pula di rpm 8.000 ke atas yang awal agak kering sekitar 13,7: 1. Sehingga grafik AFR dari putaran 5.500 hingga atas cenderung rata di 13:1.
Tenaga maksimum yang berhasil dicapai 7,33 dk di 8.100 rpm. Sementara torsi puncak tembus 5,60 lb.ft (7,59 Nm) di 6.650 rpm. Lumayan tuh naik sekitar 0,5 dk dan 0,5 Nm dari kondisi standar.
Itu baru 2 part yang digunakan (ECU dan knalpot). Ketika ditambah dengan ganti roller dengan bobot 10 gram (standar 13 gram), torsinya lebih nendang lagi. Akselerasi di putaran bawah hingga atas jadi makin cepat. Top speed pun bisa menyentuh angka 102 km/jam. (www.motorplus-online.com)