Kabar angin yang keras lagi-lagi bukan bikin adem. Malah, info ini bikin komunitas road race dari Sumatera sampai Sulawesi gerah.
Setelah sekian lama MotoPrix sudah tidak memberlakukan kewajiban pakai satu merek ban, tapi musim depan berubah. Gosip tak sedap monotire akan diberlakukan kembali.
“Kabar dari siapa? Saya sendiri enggak tahu,” timpal Eddy Horison, Kabid Balap Motor PP IMI.
Pastinya, ada kabar dari pihak salah satu produsen ban bilang kalau ada penjajakan untuk menetapkan monotire di gelaran MotoPrix. “Tapi, perkembangannya belum tahu. Kita tunggu aja. Jangan panik dulu,” ujar sumber dari salah satu produsen ban yang enggak mau disebut nama.
Setelah kabar akan diberlakukannya ban tunggal, serempak perwakilan tim peserta MotoPrix musim depan menolak. Penolakan yang diajukan masuk akal dan realistis.
“Kalau perlu semua tim MotoPrix kompak menolak ban semerek,” ujar Apmansyah Tanjung, Manager tim Motorsport Alfa Scorpii, Medan, Sumatera Utara.
“Kok bisa begitu? Udah deh yang benar tuh open merek aja. Kalau wajib pakai semerek banyak ruginya,” timpal Ahmad Jayadi, pemilik tim Honda Daya Jayadi, Jakarta.
Omongan Jayadi banyak ruginya dengan mewajibkan semua tim harus menggunakan satu merek ban sangat pas. Ini menyangkut pengembangan motor.
Ban jadi bagian terakhir menerima daya yang dihasilkan mesin. Seandainya ada perubahan penggunaan ban, berarti riset mesin akan sedikit berubah. Perubahan di mesin butuh biaya tambahan.
“Dua tahun ini ban jadi bagian penting motor kami jadi kencang. Sudah kencang, ban berubah. Kok jadi kacau begini,” ujar A. Muh. Salam alias Lilo, pemilik tim Honda Lilo, Makassar, Sulawesi Selatan.
“Kalau jadi satu merek, balapan Indonesia mundur selangkah. Cara ini harus ditolak,” sergap Koh Yong, pemilik tim Yamaha Yonk Jaya, Bandung.
Kerugian lain juga masih di pihak kontestan MotoPrix. Ini menyangkut kebutuhan tim dengan dana yang disupport sponsor.
“Sponsor ban akan berat kalau diberlakukan wajib pakai satu merek. Pabrikan ban belum tentu mau sponsor ke tim kalau bannya enggak boleh dipakai,” bilang Rudy Hadinata, owner tim Yamaha Yamalube Trijaya, Bandung.
“Sponsor ban bisa menambah dana tim. Berkurangnya dana karena pemberlakuan satu merek ban yang efeknya ada tim yang enggak balap karena dananya berkurang,” Iwan Susilo, Manager tim Astra Motor Racing Team, Pontianak, Kalimantan Barat.
Kerugian yang lain juga dengan mengharuskan pakai ban satu merek menyangkut persaingan yang sehat antar produsen si karet bundar. Paling benar kompetisi yang diinginkan bebas menggunakan merek apa saja.
“Open tire yang untung bukan cuma tim. Tapi, pabrikan ban juga untung. Produsen akan berlomba-lomba mengha-silkan produk yang terbaik,” ujar Jayadi yang juga mantan rider nasional.
Tengok ulang catatan waktu yang dihasilkan pembalap dengan memboleh- kan pakai ban merek apa saja. Selama dua musim ini best time semakin tajam di sirkuit yang sama seperti di Sentul dan Kenjeran. Riset berjalan.
Jangan disamakan dengan MotoGP. Bridgestone jadi pemasok tunggal balap-an kelas para raja karena merek lain sudah enggak sanggup memenuhi performa motor. Artinya, ada seleksi alam. Ban yang enggak layak pakai silakan minggir.
“Sebagusnya disosialisasikan dulu. Kasih tim pakai beberapa lama. Kalau langsung diwajibkan, itu keputusan sepihak. Kerugiannya ada tim,” tutup Rudy.
Sebagusnya ditinjau ulang kewajiban satu merek di MotoPrix. (www.motorplus-online.com)