Honda bakal keluar dari MotoGP pada tahun 2017, kalau penyelenggara menetapkan penyamaan software ECU di MotoGP. Alasannya cukup jelas, yaitu penyelenggara mengebiri pengembangan yang dilakukan manufaktur. “Lalu apa lagi tujuan manufaktur ikut di balap motor prototipe?” kilah Shuhei Nakamoto, Vice President Honda Racing Corporation (HRC) dalam salah satu pernyataannya.
Tapi percayalah, sesungguhnya ini menjadi bagian pernyataan yang cukup menyedihkan sekaligus memalukan. Lantaran manufaktur sebesar Honda menganggap hal itu mematikan kreatifitas mereka dalam pengembangan motor. Sementara manufaktur lain seperti Yamaha dan Ducati di MotoGP, sejauh ini belum ambil keputusan apapun tentang itu.
Harusnya ini menjadi tantangan tersendiri bagi tim manufaktur di MotoGP. Sebab penyeragaman beberapa item, malah menuntut kreatifitas lebih agar tetap kompetitif. Toh di ajang balap Formula 1 juga banyak penyeragaman. Termasuk sistem ECU dan softwarenya. Jika memang tidak menarik karena adanya penyeragaman, lalu mengapa Honda mau balik lagi ke F1 tahun 2015? Hayooo…!
Memang, sistem ECU termasuk sensor-sensor di motor MotoGP jauh lebih ribet. Lantaran mekanik tidak hanya menghitung besar-kecilnya tenaga yang bisa diemban roda. Lebih dari itu, mereka juga harus mempertimbangkan gaya balap seseorang, tingkat kemiringan, temperatur lintasan, karakter sirkuit, kekuatan kompon ban dan lain sebagainya. Dimana itu semua efeknya bisa terbantu oleh program di ECU.
Tapi apa iya, hanya ECU dan software-nya yang bisa membuat sebuah motor, tim dan pembalap tampil kompetitif? Masih ingat dong dengan kiprah Valentino Rossi yang mampu membawa Yamaha ke podium puncak setelah paceklik kemenangan selama 10 tahun tahun 2004 lalu? Pasti akan selalu ada jalan untuk membuat sebuah motor jadi kompetitif. Padahal saat itu, Honda mengklaim siapa pun pembalapnya Honda tetap bisa menang.
Apalagi pilihan konfigurasi mesin juga tidak dibatasi kok. Honda dengan mesin ‘V’ miliknya, Yamaha dengan mesin segaris alias inline dan Ducati menggunakan konfigurasi ‘L’. Toh ini saja sudah membuat perbedaan besar. Sementara di F1, perbedaan konfigurasi mesin tidak diperbolehkan lagi. Lalu apa pantas Honda mundur dari MotoGP hanya karena penyeragaman software ECU? Silahkan dinilai sendiri. (motorplus-online.com)