Mewajibkan ban semerek di balapan MotoPrix tanpa proses lewat tes oleh beberapa pembalap dengan waktu tertentu akan menyulitkan rider. Apalagi, mungkin saja ban yang wajib dipakai gradenya di bawah si karet bundar yang sudah dipakai musim sebelumnya.
“Rugi besar untuk pembalap. Saat dapat ban yang levelnya A bisa lebih kencang di tikungan. Eh, berubah dan harus pakai merek lain yang tingkatannya di bawah ban sebelumnya. Kalau ini kejadi-an, bikin mundur kemampuan pembalap,” kata Rafid Poppy Sugiarto, Kepala Instruktur Lanay Jaya Racing School, Kutai Barat, Kaltim.
Pastinya ban bukan sekadar barang dari karet yang bundar dan menempel di aspal. Tapi, si karet bundar ini jadi komponen vital yang bikin motor bergerak. Tanpa ban, motor tidak akan bisa jalan. Ya iya lah. Kalau pun ada, apakah ban yang dipakai bisa menerima maksimal perpindahan daya yang ditransfer mesin.
“Saya sendiri butuh waktu paling enggak dua seri untuk tahu karakter ban dari pabrikan yang berbeda. Harus ada penyesuaian. Paling enggak minimal setting ulang sokbreker,” timpal Sudharmono alias Momon asal Wonosari, rider nasional dari tim Yamaha Yamalube Trijaya.
Jelas yang diucapkan Momon. Butuh waktu yang enggak sebentar untuk mengenal karakter ban. Tentunya desain ban yang menyangkut tinggi dan tapak akan berbeda antar pabrikan.
“Cara menikung setelah ngerem akan berbeda setelah penggantian ban berbeda merek. Seandainya kualitasnya sama sih pasti pembalap cepat adaptasi. Yang masalah tuh kalau gradenya berbeda. Belum lagi sugesti pembalap. Kompleks deh masalahnya,” sergap Poppy.
Inilah problem penggantian karet bundar yang berbeda produsen akan berpengaruh besar terhadap teknik dan keyakinan pembalap. Semakin cocok desain dan kompon ban untuk balap, semakin bisa lebih cepat motor digas rider.
Faktanya enggak usah disebutkan deh. Silakan lihat dan catat ulang balapan di sirkuit dan kategori yang sama, tapi ban yang digunakan berbeda dua tahun ini.
Bahkan, secara objektif jelas pembalap yang levelnya menengah bisa lebih cepat catatan waktunya dibanding pembalap yang levelnya lebih tinggi di trek yang sama. Kenapa bisa begitu? Padahal, spesifikasi motornya enggak berbeda jauh. Ya itu tadi ban yang dipakai berbeda pabrikan.
“Silakan terapkan peraturan wajib pakai ban semerek. Tapi, paling penting ban yang dipakai memang sangat layak dipakai untuk balap. Kalau kurang layak, pembalap yang akan jadi korban,” ulas Denny Triyugo Laksono, pembalap tim Astra Motor Racing Team (ART), yang tahun lalu turun di GP3 All Japan Championship.
Jadi, layak atau tidak. (motorplus-online.com)