Peristiwa terjebaknya 50 adventurer di Pantai Parigi, Trenggalek, Jawa Timur beberapa minggu lalu, jadi pelajaran berharga penyelenggaraan event adventure bermotor. Beberapa peserta beranggapan panitia tidak siap dalam menghadapi kejadian buruk. Semisal, tidak ada tim sweaper dan evakuasi di lokasi.
Kesiapan panitia atau tim penolong menjadi faktor penting yang tidak boleh dianggap sepele. Dalam kondisi lelah selama berjam-jam, bantuan harus ada. Menurut Tomi Ernawan, Pembina Trail Adventure Bandung Association (Trabas) di tahun awal kiprah Trabas ini menyebutkan panitia harus melakukan beberapa langkah sebelum menggelar adventure bermotor.
Pertama, tentunya survei kondisi jalur yang dilalui. “Dulu waktu mengadakan event di Ujung Genteng pada 2001, kami melakukan survei sebulan sebelumnya. Ini untuk memetakan lokasi juga sambil mengetahui jalur yang tergolong ekstrem,” sebut pria berkumis lebat ini.
Tim sweaper dan mekanik harus stand by dan kerja sama dengan penduduk setempat terutama di jalur ekstrem. “Biasanya, saat penyelenggaraan Trabas kami sepakati tim terakhir yang keluar lokasi itu bernomor misalnya 180. Jika nomor start itu belum nongol, penduduk yang diajak kerja sama dengan kami tidak boleh meninggalkan lokasi. Kalau sudah clear baru bisa balik,” bilangnya lagi.
Ketua Harian Xpedition Trail Mania (Xtrim) Musa Idhisah menambahkan panitia harus memiliki emergency exit alias jalur keluar darurat mana kala jalur normal stagnan. “Di lokasi yang diperkirakan akan terjadi stagnasi itu, jumlah panitia harus diperbanyak. Sehingga kalau terjadi sesuatu langsung bisa diantisipasi dan tidak bikin antrean panjang,” kata Doddy panggilan akrab pria berbodi besar ini.
Masih menurut pria yang juga ketua harian HDCI Sumatera Utara ini menyebutkan jalur pemula dan expert pun di bedakan. “Setiap peserta kan memiliki kemampuan berbeda. Kami biasanya membagi yang ahli dan tidak berdasarkan pengalaman. Kalau baru ikut disarankan ikut jalur pemula,” bilang adik kandung Ijeck ketua IMI Pengprov Sumatera Utara.
Sehingga dengan begitu kasus peserta terjebak di hutan atau peristiwa adventurer yang meninggal seperti di Kalimantan Timur tidak terulang lagi. (www.motorplus-online.com)