Berdasarkan hasil temuan operasi sobat MOTOR Plus relawan jalanan, Semut Orange Community (SOC). Banyak ditemukan macam ranjau paku yang ditebar oknum tidak bertanggung jawab di sekitaran Jakarta. Mulai dari paku berkarat panjang 2–5 cm dan paku payung 3–7 cm.
“Paku payung ini dimodifikasi dengan dua model. Yang pertama, dipotong miring agar mudah menancap ke ban. Dan kedua dipotong lurus, sehingga menghasilkan empat ujung runcing. Ini dimaksudkan bila ban melindas dari sudut mana saja pasti tertusuk,” terang Sanawi, wakil ketua SOC.
Ranjau paku yang terbilang sangat berbahaya dan sekarang marak, tulang payung. Tulang payung, yaitu kerangka penyangga payung. “Kerangka payung ini dipotong sekitar 5-7 cm. Tulang payung ini lebih berbahaya daripada paku. Ya, karena kalau tulang payung ini menusuk ban dalam, bukan hanya bolong yang tapi malah bisa sobek. Sehingga bisa fatal,” papar Johan P. Tulian, yang tenar dipanggil Yossi.
Ban dalam bisa terkoyak, karena ujung tulang payung tidak beraturan namun lancip. Ban dalam hanya akan bertahan 5–200 meter saja. Sedangkan ban tubeless masih bisa tahan 50–75 km.
“Biasanya ranjau model tulang payung ini marak digunakan sepanjang jalan Pulo Gadung, Jakarta Timur menuju Harapan Indah, Bekasi Jawa Barat. Juga ada di beberapa daerah lain,” papar kedua sukarelawan ini.
Yossi lalu menyebutkan untuk menghindari kejadian parah akibat ranjau paku ini ia juga memberikan tips. “Untuk wilayah yang termasuk kategori ‘merah‘ alias wilayah rawan ranjau paku jangan berkendara lebih dari 30 km/jam. Tebarannya kalau pagi biasanya di pinggir. Kalau malam sudah agak ke tengah. Pelaku paling malas kalau menebar dalam kondisi macet. Sebab, hasil ban bocor malah jadi minimal,” tegasnya. (www.motorplus-online.com)