Kaum ibu masa kini sangat tergantung dengan motor. Terutama yang sudah mendapat ‘tugas’ mengantar dan menjemput anaknya ke sekolah. Terutama orang tua yang mengantar dan menjemput buah hati mereka yang masih di TK atau SD kelas 1, selalu mengkhawatirkan ketika boncengin bocah.
Untuk itu banyak yang memanfaatkan tingginya kebutuhan alat bantu agar ibu tetap bisa mengantar jemput anak dengan motor. Ada juga yang berkreasi dengan boncengan bocah. Model boncengan bocah ada yang memanfaatkan dek depan untuk meletakkan kursi.
Menurut Jusri Pulubuhu, Training Direktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jakarta, alat bantu boncengan anak boleh saja, asalkan tetap mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan anak. “Pertimbangkan juga apabila terjadi crash, posisi boncenger tidak seperti bumper,” lanjut Jusri.
Artinya memboncengkan anak paling aman tetap di belakang. Sedangkan yang menggunakan alat bantu bonceng berupa gendongan baik di depan maupun belakang, selain tidak aman posisi anak yang terikat ke badan ibu, membuat anak jadi merasa kurang nyaman.
Apalagi model gendongan yang hanya dilengkapi satu bagian pengikatnya, yaitu dari anak dengan pinggang ibu. Untuk model kursi yang diletakkan di dek depan, tentu banyak kekurangan. Selain posisi kursi di dek tidak dibaut, jika duduk di depan, anak seperti menjadi penahan angin buat ibunya.
Paling aman memberikan pengaman dengan tetap meletakkan alat bantu boncengan di jok belakang. “Ini menambah sandaran yang dibaut di bodi dan dilengkapi pengikat selama di jalan,” terang Roihatul Jannah, pembuat boncengan anak yang diberi label Helmiat. (www.motorplus-online.com)