Mungkin, yang selama ini dipahami pengendara masker adalah penutup hidung dan mulut selama berkendara. Dan masker yang biasa dipakai berkendara adalah warna hitam.
Menurut dr. Susan Hendriarini Mety, spesialis bedah paru dari Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur, ada klasifikasi masker yang bisa dipakai. "Kalau di dunia kesehatan, ada dua, Yaitu, masker kain hijau yang dijual bebas, dan masker putih atau N95, bulat dengan tali pengikat kuning," rinci ibu dokter itu lagi.
Dilihat dari kriteria itu, masker N95 tidak hanya dapat menangkal partikel debu, tetapi juga gas dan uap. Masker ini bisa menyaring partikel sangat kecil, hingga ukuran 0,3 mm partikel. Masker N95 dapat dipakai berulangkali. Sedangkan masker kain hijau, hanya satu kali pakai.
"Kalau sudah sekali pakai, baiknya langsung dibuang. Apalagi kalau ada bagian yang sudah koyak atau sobek, memang langsung ganti baru," pesan dokter berkacamata.
Masker yang biasa dipakai pengendara, biasanya berwarna hitam. Berbeda dengan masker kesehatan, masker untuk pengendara mengandung zat karbon aktif. Zat ini berfungsi sebagai penyaring partikel polutan dan bahan kimia yang dikeluarkan dari knalpot kendaraan bermotor.
Model masker yang mengandung karbon aktif banyak sekali di pasaran. "Yang perlu diingat, masker ini bisa dicuci, tapi tidak dikucek atau dicuci pakai sabun. Karena langkah ini justru akan merusak zat karbon aktif yang ada. Cukup direndam air hangat," tambah dr. Susan.
Masker berfungsi baik apabila dipakai dalam kondisi basah. Jadi ada baiknya sebelum dipakai direndam terlebih dahulu di air. Karena zat karbon aktifnya bekerja maksimal menyaring zat polutan. Paling banyak dipakai masker berbahan kain biasa. Fungsinya tetap menyaring udara yang masuk ke hidung. (www.motorplus-online.com)