Berita miring soal pengendara terus bergulir seperti bola liar. Malah sudah cenderung seperti black campaign. Contoh surat kabar harian nasional yang sudah mengklaim bahwa motor adalah mesin pembunuh nomor satu. Paling baru diberitakan surat kabar nasional itu motor sebagai biang kerok kemacetan dan paling tidak tahu aturan.
Wow! Sadis memang! Tapi pastinya yang nulis begitu nggak pernah atau nggak bisa naik motor. Karena kalau pernah atau bisa naik motor, nggak bakal langsung menuding separah itu. Hati nurani-nya pasti nggak bisa menerima.
Kenapa begitu? Melaju lambat di jalur paling kanan bahkan sampai nyelonong masuk jalur busway juga langganan dilakukan kaum mobilis. Begitu juga ketika belok mendadak tanpa menghidupkan sein. Jadi, kalau pernah dan bisa naik motor, semua tudingan miring di atas malah lebih layak dilempar kepada mereka pengguna roda empat. Kalau nggak percaya, coba buktikan sendiri!
Secara ukuran, roda empat jauh lebih banyak makan ruas jalan ketimbang motor. Bicara taat aturan atau bahkan polusi, motor nggak ada apa-apanya dibanding angkutan umum atau truk yang seliweran di jalanan Jakarta.
Jadi, nggak usah digubris cap miring yang malah cenderung ngaco itu. Tetap #banggabermotor! Tunjukkan kebanggaan dan kewibawaan itu saat berkendara di jalanan alias #bringtheprideback. Kita mulai dari diri sendiri. Bisa dimulai dari hal kecil seperti berhenti di belakang garis saat di lampu merah atau tidak menerobos trotoar! (www.motorplus-online.com)