Banyaknya sekolah motocross di Jawa, enggak tahunya juga diinginkan komunitas SE luar Jawa. Manfaat dan kegunaannya dibutuhkan penggila SE di kawasan Sumatera dan Sulawesi.
“Selama ini, pembalap Sulawesi di-kirim untuk sekolah balap di pulau Jawa. Tapi, kan enggak semua pembalap motocross luar Jawa seperti itu,” kata Stenly Tumewu, crosser Manado yang tahun ini bergabung di tim BMB RDZ MX Team (BRMT), Sumut.
Memang, sekolah motocross di Jawa banyak diikuti crosser luar Jawa. Contohnya Stenly yang besar di Manado, pernah berguru di IMI Racing MX Academy (IRA) selama dua tahun. IRA didirikan dan dididik langsung Johny Pranata.
“Terutama, mendidik pembalap anak-anak. Kami enggak punya acuannya harus dimulai dari mana,” kata Hariyanto atau yang akrab dipanggil Anto Jion, pemilik tim RAC, Kandis, Riau. RAC mengandakan Ridho Jion di kelas SE 65 cc.
Memang, di kawasan Sumatera crosser cilik sedang tumbuh. Para orang tua yang merangkap juga pemilik tim rajin mencari event. Tanpa rajin turun di balapan perkembangan teknik dan skill balap si anak agak lambat.
“Lihat kelas SE untuk anak-anak dibuka di balapan lokal. Apalagi, di balapan kejurnas. Mereka berkembang lewat balapan dan sekolah. Sekolah di Jawa banyak menampung anak-anak,” timpal Hendra Junaidy, pemilik tim TRT Cikampak, Sumatera Utara. TRT mengandalkan tiga pembalap anak-anak yang turun di SE 65 cc dan SE85.
Memang, proyek untuk mendirikan sekolah balap motocross sudah ada rencana. Pikiran ini muncul dari Johny Pranata.
“Itulah konsep awalnya IRA. Tapi, kami sendiri agak sulit untuk bikin langsung bikin sekolah di luar Jawa. Ini menyangkut instrukturnya,” ujar Johny yang sekarang bermarkas di Malang, Jawa Timur.
Karena itulah, Johny beberapa tahun lalu sering diundang ke luar Jawa untuk memberikan latihan singkat motocross. “Kalau ada sekolah, pasti tambah banyak anak-anak yang balap,” tutup Teuku Hermisyah, pemilik tim BMB RDZ. (www.motorplus-online.com)