Jauh sebelum zaman kemerdekaan, Bandung adalah paradise in exile, yang dikata orang surga di pembuangan. Di zona ini aktivitas hangout memang sangat mengasyikkan, apalagi kalau malam hari, betapa indahnya!
Dunia biker juga marasakan hal ini. Buat warga Bandung juga pendatang, hangout sampai pagi di pusat kota Bandung punya sensasi tersendiri. Udara dingin, bangunan tua, pengamen, jajanan juga mojang plus jejaka yang cantik dan ganteng. Mau tidak mau ini jadi magnet kota Bandung.
Tidak terkecuali MOTOR Plus. saat bertandang ke Bandung, kami sempatkan hangout dengan anak-anak klub. Biasanya di depan Hotel Homan atau di samping Gedung Merdeka. Suasana yang dirasakan, sungguh nikmat. Sayang sekali, masuk jam 12 malam, patroli polisi hadir di tengah kerumunan.
“Awal datang, arahan agar komunitas yang ada di sana cepat bubar. Pak polisi akan mengontrol kedua kali, memastikan kita semua sudah tidak ada di lokasi. Beginilah kondisi Bandung sekarang,” jelas Can-Can, seorang chopperis yang sedang hangout dengan klubnya.
Inikah yang dirasakan biker sebagai jam malam di zona Bandung? Kapolrestabes Bandung Kombes Pol. Mashudi membantahnya. “Tidak ada namanya pemberlakuan jam malam di Bandung,” katanya.
Yang ada hanyalah dikeluarkannya rekomendasi pemotongan jam operasi hiburan malam. Dilatarbelakangi beberapa kejadian kekerasan di Bandung yang terjadi di malam hari.
Paling gres peristiwa pembacokan Kapolsek Astanaanyar Kompol Sutorih di Kafe Anggun beberapa hari lalu. Di sisi lain, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil ikut memberi penjelasan. “Memang ini tugas polisi untuk menjaga keamanan Bandung. Tapi jujur, saya ingin membangun Bandung menjadi lebih kondusif bersinergi bersama Wali Kota dengan tidak ingin menjauhkan Bandung sebagai kota wisata,” kata Ridwan.
Pemerintah Bandung sebagai penentu kebijakan belum bisa mengambil keputusan untuk mengubah peraturan daerah terkait penetapan jam hiburan malam mengikuti rekomendasi kepolisian.
Walau penjelasan kepolisian mengarah pada operasional tempat hiburan, kegiatan hangout biker tetap saja terusik. “Ditujukan untuk kafe-kafe, tempat hiburan dan lain-lain, tapi kok merembet ke tongkrongan ya? Jam 24:00 WIB ke atas tidak boleh berkumpul dan beraktivitas. Memangnya kota. Bandung sudah sedarurat itu?” tegas Saulus Lacaden, senior motoris Bandung dari Harley Club Bandung (HCB).
Ia menyatakan ketidaksetujuannya jam malam di berlakukan di Bandung. “Kota Bandung merupakan kota kreatif, kota intelek dari zaman Belandanya juga sudah jadi kota tujuan wisata Paris Van Java. Apalagi kehidupan otomotifnya, semarak. Jika dibatasi begitu tentunya mengganggu,” tegas Saulus.
Komentar senada datang dari Erwin Bullhead CosaNostra. “Buat saya pemerintah perlu berpikir lebih jeli mengatasi kekerasan di Bandung. Jam malam tentu merugikan banyak pihak. Padahal kejahatan tidak hanya dilakukan malam hari. Melainkan terang-terangan di siang bolong,” tegas Erwin lagi.
Penerapan ini sama sekali bukan metode yang pasti untuk menekan angka kejahatan. “Ini bentuk kepanikan aparat keamanan. Menghilangkan tindak kejahatan tidak dengan melarang orang untuk hangout,” tambah Abah Remeh, biker yang juga pemerhati budaya Bale Sawala Jawa Barat.
Komentar lucu datang dari Joehana Sutisna, aktor film juga komedian beken mewakili HDCI Jawa Barat. “Bagus tuh Bandung punya identitas. Di Bukittinggi ada Jam Gadang, di London ada Jam Big Ben. Nah, di Bandung ada Jam Malam,” sindirnya penuh arti.
Yang jelas kalau diberlakukan jam malam untuk tekan kriminalitas, pemerintah wajib menyediakan areal public untuk beraktivitas di jam 24:00 ke atas. “Bisa jadi antiproduktif, ljo! Dengan dibatasinya aktivitas warga, penyaluran ekspresinya jadi lebih terganggu. Ini bahkan bisa membuat warga menjadi anarkis dan melakukan tindakan kriminal,” serius Joe.