Makin berat beban yang diangkut, sudah pasti akan mempengaruhi kemampuan lari motor. Sesuai rumus power weight to ratio. Makanya tak sedikit pemilik Yamaha V-ixion yang berpostur tubuh di atas rata-rata memutuskan untuk upgrade performa motor sport Garputala berkapasitas 150 cc tersebut. Mulai dari yang sederhana hingga extreme.
Seperti yang dilakukan salah satu rider asal Bekasi Timur, Jawa Barat berbobot 95 kg. “Sebagai seorang pemula, harapannya sih tak terlalu muluk. Jangan sampai telat ke kantor aja,” tutur Indra sang pemilik V-ixion keluaran 2009.
Kebetulan, pria kelahiran 1990 ini ada simpanan blok silinder serta piston set merek X1R berdiameter 63 mm untuk V-ixion. “Dulu sempat ditawarin kenalan dari Yogyakarta, ya saya ambil saja. Baru belakangan ini kepikiran untuk pasang di motor. Sekalian pengen tau performa yang dihasilkan. Tadinya, sempat mau dijual lagi,” tuturnya.
Usai pasang di bengkel Yamaha dekat rumah, tapi ternyata performa tidak seperti yang diharapkan. “Putaran mesin seperti mbrebet akibat kekurangan bensin. Maklum, cuma pasang paket bore up tambah knalpot R9 tanpa penyesuaian di sistem suplai bahan bakar,” terangnya.
Akhirnya diputuskan untuk mengganti injektor dengan jumlah lubang 10 buah keluaran Maxtreme. Tujuannya, agar dapat debit semprotan yang lebih banyak sesuai kapasitas mesin yang membengkak jadi 180,39 cc. Hasilnya, “Lumayan, tarikan motor jadi lebih enak tanpa brebet,” imbuh pria berbadan besar ini.
Tapi, karena penasaran, Indra iseng-iseng coba ukur peningkatan performanya di atas mesin DynoMite buatan Amerika milik bengkel Ultraspeed Racing (USR) di bilangan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Kebetulan, di sana ada data standar V-ixion lama sebagai patokan awal.
Tenaga maksimum standar pabrik terukur hanya 13,96 hp/ 8.533 rpm. Sedang torsi puncaknya 12,16 Nm/ 7.472 rpm. Nah, ketika giliran motornya diukur, dari 3 kali run didapat max power tertinggi sebesar 15,65 hp/ 8.500 rpm. Artinya, ada peningkatan sebesar 1,69 hp. Sedangkan torsinya terkoreksi jadi 15,5 Nm/ 5.100 rpm atau naik sebanyak 3,34 Nm.
Lumayan sih! “Tapi, untuk bore up segede itu seharusnya bisa dapat minimal 17 hp. Kalau dilihat dari air fuel rationya (AFR), masih terlalu basah, mendekati 8 : 1. Idealnya untuk performa sekitar 13 : 1. Kalau dikeringin segitu, saya yakin bisa nambah sampai 2 hp,” yakin Freddy A. Gautama, bos USR.
Itu menunjukkan kalau mesin sudah dibore up, mengganti injektor saja tidaklah cukup. "Manajemen fuel-nya musti diatur lagi. Caranya dengan pakai piggyback atau ECU stand alone. Pakai injektor standar, sebenarnya masih bisa mengakomodir kalau fuel-nya bisa dimapping," imbuhnya.
Apalagi kalau ditambah dengan porting saluran masuk dan buang. Setelah itu, atur ulang timing pengapian sesuai permintaan mesin yang bisa dilakukan jika pakai piggyback atau ECU stand alone. "Kami pernah bikin bisa tembus sampai 24 hp," tutur Freddy.
Siyaaaappp..! (www.motorplus-online.com)