Begitu pula di arena balap. Membuka musim kompetisi 2014, Honda boleh tersenyum. Seri I MotoPrix (MP) region 2 di sirkuit gokart Sentul (9/3), Jawa Barat, pembalap sayap tunggal sukses mendominasi kelas bergengsi MP1 (Bebek Tune up 125 cc Seeded).
Namun, jika melihat jalannya balapan sampai para racer menginjak garis finish, Honda bisa dibilang kudu was-was. Bukan soal performa pacuannya, melainkan menyangkut strategi balap.
Pasalnya, aksi pertarungan pembalap Astra Motor Racing Team (ART), Jogja, Willy Hammer dengan pembesut Honda lainnya, Reynaldy Pradana dari Kawahara Racing KYT, nyaris berbuah petaka.
Paling menegangkan menjelang lap-lap terakhir. Willy dan Rere (sapaan akrab Reynaldy) yang saling menguntit satu sama lain hampir saja out.
Bahkan, pacuan keduanya sempat keluar dari lintasan melewati hamparan rumput di sisi trek. Untung saja keduanya cepat sigap menghandle setang untuk menstabilkan laju Honda New Blade dan kembali ke lintasan. Rere berhasil ambil alih posisi pertama diikuti Willy.
Padahal saat itu keduanya sudah jauh meninggalkan pasukan Yamaha. “Honda nyaris gagal podium lagi. Seharusnya kalau sudah jauh di depan seperti itu, main aman aja. Gue gak habis pikir tuh srateginya kayak gimana,” heran Gatot Subagio, salah satu penyelenggara (event organizer) balap.
Memang kalau dipikir-pikir, tujuan pabrikan turun di balap, kan tak lepas dari strategi promosi. Jika produknya berjaya di arena balap, sedikit tidaknya bakal menguatkan image dari brand motor tersebut, sehingga konsumen lebih yakin.
Di arena balap Formula 1 (F1), strategi bermain aman saat sudah menguasai jalannya lomba atau saling mendukung antar pembalap yang sama-sama membela suatu merek, hingga saat ini masih diterapkan. Beberapa tahun lalu pun di ajang road race nasional trik ini dijalan-kan. Hasilnya sukses mengangkat image brand yang bersangkutan.