Ayo coba cek ke tiga pembalap yang punya anak didik, Hendriansyah, Rafid Poppy Sugiarto, dan Hadi Wijaya. Plus apa kata Edmond Cho, tokoh dibalik hadirnya Yamaha Cup Race yang dulunya disebut Sunday Race waktu masih di sirkuit Ancol.
“Pembalap yang arahnya pembinaan harus bergairah dan bersemangat. Pertarungan dua race bikin pembalap muda bisa lebih semangat. Ada strategi saat balapan dari tim. Ini kuncinya pembinaan,” ujar Edmond Cho alias Obos yang di tangannya banyak melahirkan pembalap nasional.
Gairah ini yang bikin balapan terus dinantikan penonton. Penonton akan menunggu pembalap idolanya di race kedua karena mungkin di race ke-1 dia gagal.
Pembinaan juga jangan dikalahkan dengan target yang penting menang. Kalau di kepala cuma diisi yang penting menang, nantinya bahaya bro. Pembalap bisa menghalalkan semua cara.
“Satu race enggak banyak bikin pembalap belajar. Dasar untuk jadi pembalap profesional, kan harus banyak balapan. Kalau cuma satu race, pikiran pembalap mayoritas pasti main aman. Ini yang enggak bagus,” timpal Rafid Poppy Sugiarto, Kepala Instruktur Balap Lanay Jaya Racing School, Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Artinya, dengan balapan dua race di MotoPrix menambah jam terbang yang memang dibutuhkan pembalap muda. Jam terbang bisa menguji fisik dan kecerdasan pembalap untuk menentukan kapan dia harus menargetkan kemenangan atau kapan dia harus jaga poin.
“Kalau dua race pembalap bisa jadi pintar. Seandainya enggak bisa dipaksa bagus di race 1, bisa punya kesempatan untuk race 2. Ini yang dibutuhkan untuk pembinaan,” ulas Hendriansyah, pemilik Hendriansyah Racing School, Jogja.
Seandainya pun ingin tetap satu race harus dipertimbangkan jumlah lapnya. Penambahan lap jangan cuma sekadar ditambah.
“Jadi, intinya tetap pembalap bisa merasakan pertarungan ketat dengan balapan yang panjang. Supaya bikin pembalap enggak kehilangan strategi,” tutup Hadi Wijaya, yang tahun ini jadi instruktur dan manager tim Faito, Malaysia.
Intinya lebih baik dua race! (www.motorplus-online.com)