Bosan dibilang motor banci karena pacuannya sport tetapi hanya berkapasitas 125 cc, bikin Mustofa geram. Geramnya enggak tanggung-tanggung. Suzuki Thunder 125 miliknya pun dibore up hingga 280 cc.
“Ini buat mereka yang bilang motor ini banci. Sekarang, lawan Kawasaki Ninja 250 pun, ayo!” tantang Tope, sapaan Mustofa yang karyawan di hotel Darmawangsa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Sejatinya, jarak baut empat (baut blok mesin) yang dimiliki Thunder tergolong lebar! Makanya, masih bisa dijejali liner mesin diesel yang aplikasi piston diameter 70 mm dari Yamaha Scorpio.
Sebenarnya lagi, piston ini punya diameter pen piston 15 mm. Aslinya Thunder 125, 14 mm. Tapi, itu bukan masalah. Sebab, Sarjono yang dipercaya Tope buat menggarap mesin pun mengganti kruk as Thunder pakai Honda Tiger.
“Selain ganti kruk as, stroke Tiger saya bikin naik lagi dengan total 10 mm. Jadi, total stroke keseluruhan sekarang 72,2 mm. Hal ini, untuk mengejar bore up sekitar 280 cc,” bilang John, panggilan akrab tuner yang workshopnya di Jl. Panti Asuhan No. 2, RT. 003/011, Pondok Aren, Tangerang ini. Memang, kalau dihitung-hitung, kapasitas akhir Thunder jadi 277,7 cc. Dibulatkan, 278 cc yah.
Namun, tak mudah juga buat aplikasi kruk as Tiger di crankcase Thunder. Apalagi setelah stroke dinaikan 10 mm. Akibatnya, ketika bandul kruk as sedang di posisi titik mati bawah (TMB), mentok dengan gigi rasio. Terutama, gigi 4 dan 5. “Gigi tersebut saya papas lagi 1 mm,” tambah John yang kerap bikin motor bore up extreme tapi masih layak buat harian.
Oh ya! Ketika aplikasi stroke 72,2 mm, ini membuat John musti terapkan paking alumunium setebal 10 mm. Sehingga, piston enggak mentok ke head silinder yang juga sudah dipapas 0,4 mm dan aplikasi klep EE dengan diameter klep in 36 mm serta klep ex 34 mm.
Akibat volume silinder yang membengkak, nafas mesin menjadi cepat-cepat. Mengakalinya, John mengganti gigi sekunder dan primer Thunder 125. Gigi skundernya diganti pakai milik Honda Grand yang aplikasi 69 mata. Sedangkan gigi primer-nya custom, tapi terdiri dari 26 mata. Mangkok kopling, standar Thunder.
Dipadu kombinasi final gir 14/33 mata, hal ini membuat nafas mesin jadi lebih panjang dan bertenaga. “Makanya, rasio kompresi mesin pun saya buat rendah. Hanya 10 : 1, karena motor ini juga dipakai buat turing. Siapa tahu ketika turing, Tope sulit menemukan bahan bakar oktan tinggi. Untuk amannya, dibuat 10 : 1 aja, jadi masih bisa pakai Premium juga,” ungkap tuner asli Jogjakarta itu.
Lewat penerapan part dan seting ini, kini bukan perkara sulit untuk membuat Thunder 125 berlari di atas kecepatan 100 km/jam. Terutama bicara akselerasi bawah, “Kalau standarnya sih, buat kejar 100 km/jam aja sulit. Tapi, kini 170 km/jam mudah banget. Itu pun, masih ada putaran grip gas tersisa. Mungkin 180 km/jam pun masih bisa,” tutup Tope.
Gazzz puollll....!!
Akali Stroke Tinggi
Akibat stroke yang naik 10 mm, John juga memikirkan rantai penggerak putaran kem agar seleras dengan putaran kruk as. Karena jarak antara kem dengan kruk as juga semakin panjang, maka kini bertamabah panjang, tuner ramah itu pun mengaplikasi rantai keteng milik Honda Tiger.
“Tapi, ketika pakai rantai keteng ini, gigi sentrik bagian bawah juga ikut disesuaikan. Agar center, maka bagian bushing gir dipangkas sekitar 3 mm,” kata pria yang dulunya jebolan Kepala Mekanik di bengkel resmi Honda itu.
Bicara soal pengabut bahan bakar dan udara alias karburator, John mengadopsi karbu Keihin PE 28 mm. Part penyembur bahan bakar tersebut direamer lagi jadi 31 mm. Sehingga, pengabutan jadi lebih besar. Main jet aplikasi 175 dan pilot jet 60.
Menariknya, Tope dan John mengaplikasi aki milik moge berkapasitas 18 ampere. Jadi, tak masalah buat starter. Lalu, spidometer diganti pakai milik Kawasaki Ninja 150. Sehingga, kecepatan motor sekarang bisa terukur lebih jelas. Kan, kalau pakai asli Thunder, gak lebih dari 170 km/jam (www.motorplus-online.com)