Sebagian mekanik meyakini bahwa porting kasar memberikan beberapa keuntungan. Diantaranya, flow atau aliran campuran gas lewat lubang masuk akan lebih homogen. Sehingga mudah terbakar hebat. Karena permukaan kasar memberikan efek turbulensi yang dapat membantu mengaduk-aduk udara dan bensin agar pencampurannya lebih optimal.
Sebaliknya, permukaan inlet atau exhaust bila dibikin licin (halus), lebih memperlancar flow campuran gas maupun gas buang. “Tidak juga. Antara porting kasar dan halus, flownya tak jauh beda,” tukas Suhartanto ‘Kupret’, tuner dari Jakarta yang tengah naik daun.
Bedanya, lanjut Kupret, terletak pada efek yang ditimbulkan. “Permukaan yang kasar cenderung menyerap panas, lantaran adanya pori-pori. Sementara permukaan licin memantulkan panas,” jelasnya.
Nah, pada mesin motor bakar, panas di ruang bakar sangat dibutuhkan untuk menciptakan power gede. “Kalau panasnya terserap material head cylinder, ya otomatis power turun,” imbuh Kupret.
Membuktikannya, EM-Plus langsung praktik di Suzuki Skywave yang sudah bore up 135 cc. Mula-mula, saluran masuk dan buangnya diporting kasar. Hasil dyno di atas mesin Dynomite milik Ultraspeed Racing (USR) di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, peak power terukur 10,22 hp/9.028 rpm. Sedang torsi puncak 8,778 Nm/7.896 rpm.
Setelah itu portingannya dihaluskan pakai ampelas nomor 180 yang dililit di mata bor korek. Usai didyno ulang, hasilnya, woww..!! Power sukses terkerek sebanyak 1,03 hp (jadi 11,25 hp). Itu pun dicapai pada putaran yang lebih tinggi, yaitu di 9.880 rpm.
Sedang pada putaran yang sama dengan ketika portingannya masih kasar (di 9.000-an), terukur 11,11 hp. Artinya, power band jadi makin luas.
Sementara torsi puncak naik jadi 9,352 Nm di 8.137 rpm. Lebih detailnya, silakan lihat boks data dyno. (www.motorplus-online.com)
Power (Hp)
Rpm Porting Kasar Porting Halus
5.500 6,704 6,316
6.000 7,457 7,464
6.500 7,593 8,052
7.000 8,155 8,622
7.500 9,002 9,387
8.000 9,848 10,51
8.500 10,18 10,95
9.000 10,22 11,11
9.500 10,18 11,23
10.000 9,957 11,25