Sentul D2 Drag Bike (SDDB) yang berlangsung di sirkuit Sentul, Minggu lalu (20/4) diserbu 300-an starter. Diserbunya SDDB lantaran aspal. Pastinya bukan karena berebut aspal Sentul. Tapi, permukaan trek permanen diakui lebih baik dibanding aspal jalan raya.
“Lebih menggigit dibandingkan dengan aspal jalan raya. Aspal trek permanen memang dikhususkan untuk balap, kan,” beber Bogi Bogel, joki dari tim EMT 361 Lubis Jaya WRX, Petukangan, Jakarta Barat.
Tuh, inilah keutungannya turun di trek yang memang dirancang untuk balapan. Aspal untuk adu kebut tentunya diracik supaya grip ban mencengkram 100%. Perhitungan permukaan trek akan bisa bikin putaran mesin berbanding lurus dengan daya cengkram ban.
“Jalan raya umum cuma untuk kendaraan biasa. Sering banyak debu atau pasir halus. Ini yang berbeda dengan aspal sirkuit permanen seperti Sentul,” beber Eko Kodok, dragster papan atas yang bernaung di tim PME Abirawa GM Mimaki.
Eko yang asli Semarang, Jawa Tengah ini, menambahkan aspal permanen bikin mudah bagi pembalap. “Jauh lebih gampang dapat catatan waktu terbaik,” timpal Eko. Omongan Eko didukung Ocky Camat. Pembalap lurus asal tim VND Vincent’s JFK Racing Team lebih memilih untuk balapan di trek permanen.
“Untuk memanaskan enggak perlu burn out lama. Kalau balapan di jalan raya, mesti lama-lama burn out supaya ban bisa menggigit maksimal,” ulas Ocky yang asli dari Bandung.
Tambahan lagi, settingan motor enggak mesti harus berkali-kali dicoba-coba. Alasan ini masuk akal. Motor di balapan lurus hanya sekali jalan. Karena sekali jalan, butuh kemampuan mesin dan ban yang sempurna.
“Kalau enggak ya, time jadi enggak bagus. Tapi aspal di Sentul tetap stabil dari awal balap sampai finish. Ban enggak terasa ada gejala kehilangan grip,” sela Rikky Onyes, dragster andalan GF Racing Team, Bandung.
Bukan cuma pembalap yang asyik dengan trek permanen. Juruk korek balapan lurus juga setuju aspal sirkuit resmi seperti Sentul lebih baik.
“Sebenarnya setting kaki-kaki di trek permanen dan jalan raya sama saja. Tapi, kualitas aspalnya tetap lebih baik trek permanen. Mesin bisa kelihatan tenaganya,” kata Full Huda, tunner tim EMT Lubis Jaya WRX.
Tapi, cara simpel di trek dadakan dilakukan Muchlisin alias Ochin, mekanik GF Racing Team. “Tekanan angin diturunkan 1 psi. Ini enggak berlaku di aspal permanen. Tekanan angin normal ban sudah menggigit,” tutup Ochin. (www.motorplus-online.com)