Maksudnya, kelas sport 150 cc harus tetap mengusung volume silinder standar bawaan pabrik. “Pistonnya saja harus tetap pakai material standar alias engak boleh pakai produk aftermarket,” tukas Suhartanto ‘Kupret’, tunner kondang dari Jakarta yang banyak garap pacuan balap di sana-sini.
Padahal, peranti ini cukup berperan dalam menyumbang perolehan tenaga dan torsi. Karena, umumnya buat naikin rasio kompresi mesin, mekanik kerap nyolongnya dari piston. Yakni, pakai yang profilnya jenong. Dan itu, biasanya ada pada produk aftermarket. Wekks.. PR berat nih, bro!
Tapi, hal itu tidak membuat otak Kupret buntu. Apalagi, sampai kepala berasap. Buktinya, Honda CB150R andalan Ultraspeed Racing (USR) yang awal Mei mendatang bakal dikutsertakan dalam kejurnas sport 150 cc di sirkuit Sentul, Jawa Barat sukses didongkrak sebanyak 6,25 hp. Yang standarnya cuma 14,42 hp/10.671 rpm, kini naik jadi 20,67 hp/11.466 rpm.
Sementara, torsi puncaknya yang semula 11,53 Nm/7.686 rpm, terkerek jadi 13,14 Nm/9.076 rpm (naik 1,61 Nm). “Targetnya sih kalau bisa sampai 24 - 25 hp. Ini baru riset awal. Masih lanjut sampai targetnya dapat,” bilang Freddy A. Gautama, bos USR.
Pengen tahu kan, apa saja ramuan yang diterapkan Kupret pada sport bergenre street fighter buatan pabrikan sayap mengepak milik USR ini? Nih, rahasianya.
Rasio kompresinya menurut Kupret dinaikin sedikit dari 10 : 1 (standar) jadi 10,7 : 1, buat dongkrak torsi di putaran bawah dan power di atas. Loh, kan spek pabrikan rasio kompresinya 11 : 1, Cui?
“Buktinya ta’ ukur pakai burret cuma 10 : 1,” akunya sembari bilang peningkatan rasio kompresi dilakukan tanpa papas head loh. Kok bisa bor? “Nyolongnya di piston. Tetap pakai piston standar, namun atasnya saya tambah daging untuk bikin dome. Setahu saya, regulasinya tidak melarang itu. Ini pun baru pertama kali nyoba nih,” bebernya.
Kelar urusan kompresi, kem bawaan motor dicustom alias profilnya dibentuk ulang guna mengkail asupan gas yang lebih deras dan mengatur penyaluran gas hasil pembakaran dengan timing yang tepat. “Kem in saya set membuka di 30º sebelum TMA dan menutup di 58º sesudah TMB (durasi jadi 268º). Lift-nya 8,2 mm dengan LSA 105º,” jelas Kupret.
Sementara kem ex dengan LSA dan tinggi angkatan klep yang sama (105º dan 8,2 mm) dibikin membuka di 57º sebelum TMB dan menutup di 32º setelah TMA. Nah, untuk membuka kran injector standar agar lebih deras semprot bensin sesuai permintaan, ECU standar diganti pakai produk aRacer RC1 buatan Taiwan, yang tentunya dimapping ulang sampai didapat average air fuel ratio (AFR) sekitar 13 : 1.
Filter udara tak lagi dipakai buat menmacing asupan udara sebanyak-banyaknya. Tapi, agar aliran udara lebih terfokus masuk ke dalam throttle body (TB) yang masih pakai standarnya, dipasang velocity stack di moncong TB. Lalu untuk memperlancar aliran gas buang, knalpot diganti pakai jenis free flow bikinan WRX.
Wroooaammm…!! (www.motorplus-online.com)