Hingga saat ini, di lintasan sirkuit F-150 masih mendominasi kelas sport 150 cc yang baru digelar tahun ini. Tentu ada fakta-fakta menarik yang berbeda dengan kondisi standar saat motor digunakan di pentas balap.
Paling kentara, mesin F-150 paling mudah diupgrade. Part performanya di pasaran juga banyak. Apalagi sistem pemasok BBM-nya masih pakai karburator yang sangat dikuasai oleh mekanik. “Sementara mesin injeksi masih riset terus. Belum nemu aja setingannya,” tukas Suhartanto Kupret, tunner dari Jakarta yang lagi naik daun.
Selain itu, desain rangka Satria F-150 yang lebih kecil dan ramping dari tipe sport 150 cc, membuatnya lebih licah dari segi handling. Beda dengan rangka sport yang terkenal kaku, sehingga kalah lincah.
Selain desain rangka, jarak wheelbase juga sangat berpengaruh. Satria F-150 punya wheelbase 1.280 mm atau lebih pendek 8 mm dari CB150R yang terukur 1.288 mm. NVL malah jauh lebih panjang lagi. Dari data spesifikasi resmi pabrikan, wheelbase motor ini mencapai 1.300 mm. Sudah pasti membuatnya sulit menaklukan tikungan patah.
Motor dengan wheelbase panjang, pasti akan kerepotan untuk menaklukan tikungan rapat di sirkuit-sikuit kecil. Makanya, di sirkuit seperti ini, motor bertipe sport pasti banyak kehilangan waktu saat melibas tikungan. Berbeda dengan motor berbasis bebek yang bisa lincah berkat wheelbase pendek dan bodi rampingnya.
Masalah bobot jadi poin berikutnya. Motor bertipe sport, punya bobot bersih jauh lebih tinggi dibandingkan tipe bebek. NVL dan CB150R punya bobot bersih 129 kg. Lebih berat 22 kg dibandingkan F-150 yang punya bobot cuma 107 kg. Meski punya power yang lebih besar, motor bertipe sport bisa kalah jika dihitung power to weight ratio-nya.
Di balap, sebenarnya peraturan bobot kendaraan sudah diatur seadil mungkin. Jadi, bisa berimbang antara bobot motor tipe sport dan underbone. Yang jadi masalah utama, tinggal karakter sport saja yang sulit melibas sirkuit-sirkuit kecil. (www.motorplus-online.com)