Meskipun jadwal kejurnas mundur-maju, untuk mengisi jeda kekosongan waktu event tingkat nasional diisi dengan ikutan balap lokalan. “Ini cukup membantu stamina pembalap jadi kondisinya selalu prima,” urai Tri yang juga membina pembalap muda di wilayah Jawa Timur.
Sebagai bukti Tri mengatakan jadwal balap timnya mulai bulan Januari lalu enggak pernah putus, baik itu ikutan event tingkat kejurnas atau lokal di Jatim. “Baru bulan puasa ini pembalap dan kru saya bisa istirahat,” jelasnya.
Sayangnya iklim balap motocross di Jatim tidak seperti di Jawa Tengah yang justru sepi gelaran balap motocross yang sifatnya mandiri. Malah, event balap grasstracknya yang ramai. “Tetapi kita masih bisa main balap lokalan karena beberapa balap grasstrack yang diadakan klub event lokal biasanya buka kelas motocross,” jelas Irwan Ardiansyah, mantan crosser nasional yang tinggal di Jogja.
“Tetapi kita juga selektif melihat eventnya kalau treknya benar-benar memenuhi syarat untuk motocross baru kita ikutan,” lanjut Irwan yang saat ini sedang fokus mendidik putrinya Sheva jadi crosser setangguh ayahnya.
Efek meramaikan balapan motocross karena jadwal kejurnas yang tarik-ulur, juga disiasati pemain SE di Jawa Barat. Salah satunya dengan balapan Sunday Race. Balapan ini hasil inisiatif komunitas motocross Jawa Barat dengan menggelar event. Dananya didapat dari patungan.
“Cara ini harus dihargai. Apalagi, jarang banget di Jabar balap motocross yang mandiri,” kata H. Rio Teguh Pribadi, Ketua IMI Jabar.
Di wilayah Sumatera Utara gelaran motocross lokal juga enggak kalah ramai. Meski, lebih dari lima tahun kejurnas motocross tidak pernah mampir di Sumut. “Setiap musim bisa digelar kejurda motocross dan grasstrack sampai 8 seri,” jelas Syabra Buana promotor balap dari Kita-Kita Motorsport, promotor kejurda motocross dan grasstrack Sumut. (www.motorplus-online.com)