Dalam kesempatan yang sama, dua minggu lalu MOTOR Plus pun berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan Livio Suppo di Tanjung Benoa, Bali. Meski terlihat galak, he..he..he.., namun ternyata pria yang menjabat sebagai Marketing Director Honda Racing Company (HRC) ini punya karakter yang ramah loh. Obrolan demi obrolan pun terasa santai. Bahkan, satu pertanyaan bisa panjang jawabannya. Ha,ha,ha. Akhirnya, banyak cerita terkuak dari obrolan kami. Terutama, Livi Suppo bicara tentang pembalap muda. Ya, Livi Suppo bicara tentang pembalap muda seperti Marc Marquez dan juga Jack Miller. (www.motorplus-online.com)
MOTOR Plus (MP) : Hallo Mr. Livio.
Livio Suppo (LS) : Hallo juga.
MP : Sebagai salah satu aktor yang sudah lama berkecimpung di MotoGP, bagaimana menurut anda tentang MotoGP sekarang. Banyak yang bilang, persaingan MotoGP saat ini kurang menarik karena tidak adanya perselisihan antar pembalap. Seperti dulu eranya Wayne Rainey dengan Kevin Schwantz atau Valentino Rossi dengan Max Biaggi, Sete Gibernau atau Casey Stoner serta Jorge Lorenzo.
LS : Maksudnya, tak ada big enemy? Tapi, saya rasa ini sangat positif karena tetap ada kompetisi yang baik di trek. Terutama, setelah Marc (Marc Marquez; red) datang di dua musim terakhir. Kamu bisa lihat sendiri, banyak overtake yang terjadi. Itu karena Marc sangat agresif. Sebelum Marc datang, persaingan antara pembalap teratas sangat konservatif. Marc seperti angin topan, selalu agresif. Seperti seri Misano tahun lalu.
Saya rasa, cukup bagus melihat persaingan antara Valentino dengan Marc di trek. Tapi pada akhirnya, mereka tetap berteman dan bercanda. Seperti di Laguna Seca ketika Marc overtake Valentino dengan cara yang sama seperti Valentino overtake Casey (Casey Stoner; red) di tahun-tahun sebelumnya. Tapi akhirnya, mereka pun bercanda mengenai itu. Jadi, bagus melihatnya. Sebagai kompetitor mereka kuat namun tetap berteman. Karena dalam kehidupan nyata pun, akan lebih baik memiliki teman ketimbang musuh.
MP : Astra Honda Motor punya target untuk 2-3 tahun kedepan bermain di MotoGP. Tentu dengan pembalap asal Indonesia. Apakah itu mungkin dan apakah HRC bisa bantu mewujudkan itu?
LS : Saya rasa maksud kamu bermain di MotoGP-nya itu di Moto3. Itu sangat memungkinkan. Saat ini, Honda dan Dorna coba mengusahakan untuk adanya kejuaraan Asia, seperti Asia Talent Cup. Ini sangat penting untuk mendapatkan penerus pembalap-pembalap muda kedepannya. Karena, ini membuat pembalap muda tersebut membalap dengan mesin MotoGP dan full prototype. Apalagi, secara gratis.
Karena, setiap balap berkaitan dengan uang. Untuk menjadi pembalap mobil pun harus dimulai dari gokart dan itu tidak murah dan juga balap itu berbahaya. Begitu juga balap motor. Maka itu, modal yang terpenting adalah hasrat dari diri sendiri dan juga keluarga yang mendukung. Pembalap muda butuh itu.
MP : Apakah HRC bisa membantu hal itu?
LS : Tentu, HRC menyiapkan mesin untuk balap Asia Talent Cup.
MP : Maksud saya, membantu target Astra Honda Motor untuk mewujudkan.
LS : Ya, kami dapat membantu. Tapi tentunya, support juga datang dari pihak luar, seperti keluarga bahkan juga pemerintah.
MP : Apa yang memutuskan HRC menunjuk Jack Miller untuk bermain di MotoGP 2015 ini?
LS : Tahun lalu kami berpikir tentang pembalap muda. Dan dengan alasan tertentu, pilihan itu jatuh ke Jack. Itu karena dirinya memiliki teknik dan potensi kuat sebagai pembalap muda berbakat.
Memang, seharusnya jenjang tradisi balap MotoGP itu dimulai dari GP125, GP250 baru ke GP500. Atau, dari Moto3 ke Moto2 dan terakhir di MotoGP. Tapi, kami mengambil contoh Mick Doohan. Ia tidak pernah balap di GP250, ia datang dari Australian Superbike. Tapi, pada akhirnya dirinya sukses di MotoGP. Begitu juga Ben Spies. Jadi, pada akhirnya, tradisi ini bukanlah jalan satu-satunya untuk menuju MotoGP. Tapi yang terpenting, ketika kami berbicara dengan Jack, dia sangat antusias. Jadi, kami tidak memaksakannya.
MP : Jadi, datang dari hati dong?
LS : Ya, ia merasa bisa melakukannya. Tentunya, tahun pertama ini adalah pembelajaran baginya. Jadi, semua orang jangan terlalu banyak berharap akan hasil lebih kepadanya. Karena, ia masih harus banyak belajar. Tapi kami yakin ia punya potensi yang bagus.
MP : Baiklah.. Terima kasih atas perbincangan ini.
LS : Terima kasih kembali.