Kebanyakan anak muda, motor kalau larinya gak ngacir dianggap kurang cihuy. Makanya upgrade performa mesin pun kerap ditempuh, seperti aplikasi part pendongkrak tenaga bersifat bolt on, korek mesin, hingga gedein kapasitas mesin alias bore up. Tapi, setelah upgrade tak jarang yang ngeluh mesin suka rewel, bunyi kasar, sampai jebol kruk asnya. Harusnya gunakan bearing untuk mesin yang sudah upgrade. Pasalnya bearing mesin standar, seperti bearing kruk as, connecting rod dan sebagainya, bukan dirancang untuk hi speed.
“Makanya tidak dianjurkan upgrade performa mesin buat pemakaian harian. Karena akan berpengaruh pada safety dan durability mesin,” bilang Sriyono, Instruktur Astra Honda Training Center (AHTC).
Logikanya begini bor. Misal ente punya Honda Vario 125, pengen dibore up jadi kayak Vario 150 yang terbaru itu. Nah, bro harus tau dulu kalau pin piston Vario 125 itu hanya mengusung diameter 13 mm. Ketika seher diganti yang gedean sehingga kapasitas mesin membengkak jadi 150 cc, dikhawatirkan laher stang seher maupun pin piston tak kuat menahan gebukan kompresi atau hasil ledakan di ruang bakar yang otomatis lebih besar.
“Itu lah sebabnya di Vario 150, speknya dibedain. Pin piston dan bearing connecting rodnya dibikin lebih besar dari Vario 125. Pin pistonnya pakai yang 14 mm,” terang warga Depok, Jawa Barat ini.
Selain itu, bearing kruk as di motor standar juga punya clearance yang agak rapat. Karena itu, pilihlah bearing untuk mesin yang sudah upgrade. “Saat dapur pacu diupgrade yang berdampak putaran mesin jadi makin tinggi, kerja bearing kruk as standar jadi berat. Kalau mau putarannya enteng, ganti bearing kruk asnya pakai yang clearancenya lebih lebar atau berspek hi speed. Minimal yang kode belakangnya C3,” ucap Slamet, dari bagian Technical Service PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM).
Di mesin motor balap, lanjut Slamet, rata-rata di kruk as gunakan bearing untuk mesin yang sudah upgrade pasti diganti yang jenis laher high speed. Oh iya, buat ente yang masih awam soal kode bearing, coba tengok angka atau huruf yang ada pada badan bearing. Misalnya tertera angka 6305, angka 6 menunjukkan tipe dari bola bearing, angka 3 adalah dimensi (tebal atau tinggi) dan 05 merupakan ukuran lingkar bagian dalam laher (05 = 25 mm). Sementara kalau dua angka di belakangnya tertera 01, artinya lingkar dalamnya = 12 mm, 02 = 15 mm, 03 = 17 mm dan 04 = 20 mm.
Kalau ada huruf C di belakang kode bearing, misal tertulis 6003/C3, menunjukkan clearance antara bola bearing dengan bantalannya. Satuannya adalah mikron yang mana 1 mikron = 1/1000 mm. C3 berarti clearancenya 3 mikron = 3/1000 mm.
Tapi jangan kaget juga ketika ketemu bearing crankshaft yang tertulis 2RS atau ZZ di belakang angka kode. “2RS itu artinya bearing tersebut pakai dua penutup rubber seal (sil karet). Sedang ZZ artinya tutupnya pakai zink atau seng di dua bagian (kiri dan kanan),” terang Adi Rukmantara dari bagian product development PT Centra Sole Agency, yang juga bikin beragam bearing merek Indoparts.
Di Vario 150 malah unik lagi. “Kode laher kruk as yang kanannya 6305 Z-SPL. SPL di belakang kode artinya special. Special di sini maksudnya clearancenya dirancang khusus. Makanya selalu dijual dalam bentuk assy alias sudah terpasang di kruk as utuh. Tidak dujual terpisah kayak bearing kirinya 6207,” papar Sriyono.
Owww… gitu to! (www.motorplus-online.com)