Suzuki RG Sport bikin catatan balap motor nasional era mesin 2-tak dari 1999-2005. Tapi, agak beda ceritanya waktu motor bermesin tegak 115 cc saat masuk tahun 2001. Saat itu Hendriansyah belum berumur 20 tahun bergabung dengan Suzuki. Suzuki RG Sport di tangan Hendriansyah sang dewa road race.
Sang Dewa road race Indonesia akhirnya jadi andalan Suzuki untuk menekuk bebek 2 langkah dari pabrikan lain. Hasilnya Hendriansyah sanggup meraih Juara Nasional 2001 dan 2005 bersama Suzuki.
Memang, awal-awalnya Suzuki RG Sport di tangan Hendriansyah sang dewa road race sempat mengejutkan di gelaran non kejurnas, Interbiru Championship. Putra ketiga dari Om Sudirman Bawarie ini melenggang ke depan dengan RG Sport dengan airbrush Suzuki RGV500, motornya Kenny Roberts, Jr yang Juara Dunia GP500 musim 2000.
Tapi, masuk di gelaran kejurnas region Jawa 2001, Suzuki RG Sport di tangan Hendriansyah sang dewa road race bermasalah. Problem RG Sport yang enggak tahan lama ini berulang lagi sampai seri II kejurnas region Jawa di Tawang Mas, Semarang. “Akhirnya, saya putuskan untuk minta bantu Om Chia (Michael Iskandar, red). Hasilnya bisa kelihatan setelah dibawa ke Om. Enaknya, mesin yang dibikin Om bisa klop dengan saya,” ujar Hendri yang juga pemilik produk Hendriansyah Racing Product.
Suami dari Renie Puspita ini bilang untuk balapan salah satu kunciannya menyiapkan tiga silinder head. “Masing-masing head akan bikin kompresi yang berbeda. Paling tinggi kompresinya sekitar 13,6. Head kedua turun 0,2 dan ketiga turun 0,4. Kan setiap sirkuit berbeda-beda karakternya,” jelas pemilik Hendriansyah Racing School.
Memang, RG Sport enggak bisa lepas dari peran besar Om Cia, sang Maestro kilik mesin Indonesia yang memang engineernya untuk beberapa mesin Suzuki, seperti Suzuki Sprinter dan Crystal. Dari tangan Om Cia, Andika Bintang Budaya atau yang top dipanggil Gandoz Tepepa dipercaya untuk pegang RG Sport yang dipakai Hendri dari tahun 2004 sampai 2005.
“Saya biasa bikin kompresi RG Sport Hendri bermain di kompresi rendah. Tranfer portnya dibuat agak tinggi. Terus, saya pelan-pelan modifikasi kubah kepala silinder. Cara ini supaya pembalap bisa bermain di RPM tinggi, tapi mesin enggak cepat panas,” beber Om Gandoz yang sudah buka sekolah Engine = Mekanik Khusus alias E=MK di Jogja.
Gandoz juga dikenal ahlinya seting komponen pengabutan bahan bakar. “Hehehe, enggak juga ah. Saya cuma minta pembalap supaya merasakan ada masalah enggak waktu dari buka pertama gas sampai full,” tutup Gandoz yang sudah jadi juru korek mesin eranya 1990-an untuk motocross. (www.motorplus-online.com)