Offset di piston berfungsi untuk mengurangi gesekkan antara seher dengan boring. Ketika seher naik, piston sedikit menggesek permukaan boring. Itu karena sudut tumbuk antara seher dan boring dibikin lebih landai. Sehingga tonjokan piston tidak terlalu keras. Ini kelebihan piston offset untuk di balap.
Di motor harian dan balap, piston offset menguntungkan. Karena power mesin lebih besar dan pastinya lebih hemat bahan bakar. Makanya di motor-motor baru zaman sekarang, hampir semuanya menerapkan offset piston.
Ada yang menarik kejadian di balap. Menurut Tomy Huang, banyak ditemukan di Suzuki Satria F 150 karburator yang masih mengaplikasi piston standar. ”Desain seher asli pabrik tidak menggunakan piston offset. Artinya posisi pin seher benar-benar di tengah,” jelas Tomy Huang.
Menurut analisa Tomy Huang, kejadian itu berakibat fatal. ”Tidak tahan putaran tinggi. Paling tinggi bisa direkomendasi sampai 12.500 rpm. Lebih dari itu setang seher rawan putus,” jelas Pak Tomy yang berkaca mata itu.
Memang sih tanpa piston offset atau 0 alias pin piston benar-benar di tengah ada hal yang menguntungkan. Suara mesin lebih halus. Untuk motor harian yang berputar di bawah 12.500 rpm aman-aman saja. Tapi, dipakai untuk balap lebih baik cari piston racing yang sudah dilengkapi offset.
Lalu untuk keperluan balap ukuran piston offset yang bagus berapa? Mari kita buka foto di atas. Salah satunya dari hasil penelitian pabrikan mobil Audi. Seperti terlihat pada tabel, power out put terbesar menggunakan piston offset 0,7 mm. Kelebihan lain lebih tahan untuk rpm tinggi.
Memang sih dari grafik terlihat juga, power terbesar jika menggunakan piston offset sekitar 0,25 mm. Namun berisiko jika digunakan untuk keperluan racing. Setang seher rawan patah. (www.motorplus-online.com)