Find Us On Social Media :

Pahami Istilah Kustom Kultur Supaya Enggak Nyasar

By Motorplus, Sabtu, 26 Maret 2016 | 21:29 WIB
()

Bicara ikhwal custom culture atau kustom kultur dalam skup luas, pastinya panjang banget. Bahasan ini menyangkut bagian dari peradaban manusia. Tapi, menyoal dunia two wheeler, bisa dipersempit walau beragam komentar bermunculan. Pastinya  ini adalah lelaku customized yang sudah menjadi kultur sekelompok bikers. Istilah kustom kultur juga punya definisi yang jelas.

Coba share dengan Pegi Diar, builder Genderewoz Kustom Work asal Kopo, Bandung, Jawa Barat. ”Ia adalah produk budaya yang timbul dari kaum urban, untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terfasilitasi. Kaum ini cenderung kreatif,  mendobrak kebiasaan yang sudah ada. Terkadang mereka dapat cap negatif. Tapi, sebenarnya mereka harus diapresiasi positif, karena memberikan ide-ide cemerlang. Gaya hidup dan mainset mereka kadang diluar kebiasaan.”

Menyoal ini, Yudhie Riadi Sjam, senior Bikers Brotherhood Bandung angkat bicara. “Kustom kultur sangat baik untuk kreativitas bikers, khususnya di Indonesia. Itu semua akan menjadi jati diri seseorang untuk mengungkapkan karya seninya”.

Jadi, ini memang sudah jadi mainset, way of life beberapa bikers di dunia termasuk Indonesia. Apa yang membedakan bikers aliran kustom kulture dan rider biasa? Tentu ada! Terlepas dari soal selera yang pastinya beragam, kaum ini menganggap motor sebagai ‘ujud’ lain dari karakter pribadinya. Motornya pasti berbeda dengan motor orang lain dengan langkah customized.

Untuk memujudkan itu, bentukannya tentu pribadi sekali. Dengan cara bangun sendiri atau minta bantuan builder. Kaum custom culture, umumnya menghindari sebisa mungkin langkah bolt on apalagi variasi produk masal. Ia cenderung mencari variasi hand made dalam jumlah limited. Atau kalau mungkin hanya dibuat satu-satunya.

Bro Pegi misalnya, menggambarkan kalau kaum ini sangat kreatif. Yap begitulah. Kadang part-part itu dicomot bukan dari peranti motor lantas dimodifikasi plek dimotor dan punya nilai estetika tersendiri. Kisah lahirnya kaum chopperis misalnya, juga bagian dari kustom culture. Di Amerika dulu, Harley-Davidson lansiran pabrikan dianggap terlalu gendut dan terkesan lamban.

Nah, bikers kreatif memotong ala kadarnya agar lebih efisien hingga lahir desain bobber. Nggak sampai disitu bikers jalanan nggak puas juga, mereka membuang sasis asli dan membuat sasis baru yang lebih ramping. Bobot Harley-Davidson jadi lebih ringan, inilah dia kaum choppers. Eh, lewat ‘promosi’ kaum antihukum 1 percenters semisal Hells Angels atau film legendaries Wild Ones juga Easy Rider, kaum ini jadi trendsetter dan jadi gaya hidup tersendiri.

Nggak cuma di Amerika, berkembang juga di Inggris, Jepang, negara-negara Skandinavia dan lainnya. Mereka juga masuk kaum kustom culture karena membesarkan budaya modifikasi di motor termasuk fesyen, musik sampai gaya hidup lainnya. Memang gaya ini didominasi style ol skool, retro atau vintage. Tapi, di skala lebih luas custum culture bisa juga new school atau mungkin futuristik. Yang pasti ada benang merahnya.

Mereka anti kemapanan, selalu berinovasi, sangat egosentris, suka hand made dan menjadikan motor tak sebatas alat transportasi semata. Melainkan juga bagian dari gaya hidup dan cermin karakter ridernya. Welcomez to de kustom culture zone! (www.motorplus-online.com)