Pneumatic valve, wihh.., bahasa apalagi nih!? Sabar sob, emang bacanya agak bikin lidah kepleset. Tapi, kalo bro sis nantinya tau akan teknologi ini, dijamin pasti kaget dah! Soalnya, dengan teknologi ini, mesin motor sobat gak bakal butuh kem lagi buat gerakin klep isap dan buangnya. Simpelnya, bisa disebut mesin tanpa kem.
Perlu sobat ketahui juga, rata-rata di pacuan MotoGP pada pakai teknologi mesin tanpa kem ini. Kecuali Ducati dengan sistemnya sendiri, yakni desmodromik. Nah, trus gimana geraknya itu klep?
Oke, sedikit membahas soal spring valve atau sistem klep yang menggunakan per. Kalo ini sih sering kita temui di mesin motor yang ada saat ini. Bagi yang sudah biasa bongkar head, pasti akan melihat ada per yang nemenin klep masuk maupun buang. Fungsinya untuk menjaga kerapatan klep, serta mengembalikan angkatan klep setelah diungkit oleh bubungan kem.
Teknologi spring valve ini ternyata punya kelemahan. Saat mesin digeber hingga rpm tinggi terus menerus, per klep bisa mengalami gagal balik ke posisi semula alias floating. Sehingga, bisa berisiko klep bertabrakan dengan pucuk piston. Makanya pada motor-motor dengan sistem katup konvensional, putaran mesin umumnya dibatasi oleh pabrikannya alias dikasih limiter rpm.
Begitu mesin diupgrade oleh para tukang korek dan putaran mesinnya dibuat tinggi dengan membobol limiternya, maka konsekuensinya per klep harus diganti yang lebih keras. Tujuannya agar tidak terjadi floating tadi.
Mungkin karena kelemahan tersebut, membuat engineer mesin coba meriset kembali bagaimana menghasilkan sistem klep yang lebih efisien dan tahan di putaran tinggi. Khususnya, pada mesin kendaraan berperforma tinggi untuk keperluan balap.
Di sepeda motor, pertama riset dilakukan oleh Ducati dan menghasilkan teknologi bernama Desmodromic. Setelah itu baru diikuti pabrikan lain. Namun sebenarnya, teknologi pneumatic atau mesin tanpa kem ini sudah diterapkan di mobil Formula 1 atau F1. (www.motorplus-online.com)