Em-Plus menghadiri riungan bikers, ada komentar menarik dari AKBP Hermansyah SH.HM, Babin Katibmas Polda Jabar saat beliau pidato.
”Negara maju tak perlu mengirimkan pasukan bersenjata jika ingin membunuh bangsa kita! Cukup impor atau produksi yang banyak saja sepeda motor,” ungkapnya memberi ilustrasi.
Tentunya ini adalah gambaran, betapa berbahaya motor jika kita tak paham cara mengendalikannya.
Ini memang arahan dalam konteks safety riding. Buat orang dewasa saja berbahaya apalagi buat anak-anak!
Kenyataan memang bikin miris.
(BACA JUGA : Video Detik-detik Motor Tabrak dan Menyeret Badan Anak di Depan Seorang Ibu)
Banyak anak di bawah umur berseliweran naik motor.
Dengan skill minim, kadar emosi labil, motor bisa jadi benda yang sangat mematikan bagi diri dan lingkunganya. Ini bahaya! Waspadalah…
FISIOLOGI ANAK SAAT RIDING
Komentar menarik dari sisi medis datang dari dr. Aviandy Sukarto, MSc.SpKP ahli kedokteran komunitas.
“Secara fisiologis, anak kecil memang tak serapuh yang diperkirakan. Umur 2 tahun, kesiapan fisiknya sudah bagus, ia sudah bisa lompat-lompat. Di umur 5 tahun, kesiapannya sudah ideal. Tapi untuk kesadaran kontrol emosi dan resiko bahaya, umur 10 tahun ke atas baru mumpuni,” jelasnya.
Aviandy yang akrab dipanggil kang Dondy menambahkan, ”Umur 10 tahun ia sudah memiliki kestabilan emosi.” Tapi hati-hati, keduanya bicara untuk situasi yang sudah diprediksi aman yakni suasana sirkuit."
Di jalanan? Ceritanya bisa beda lagi. Baik Kang Dondy sepakat menjauhkan anak dari jalanan.
Ada info penting dari Dondy terkait kesigapan atas bahaya dihubungkan dengan reaksi mata dan antisipasi rider.
“Saat melihat sesuatu, mata menscaner objek dan mendapatkan kesan dalam tempo 0,02 detik. Lantas, gambaran objek tadi dikirim ke otak untuk diinterpretasi dalam waktu 1,55 detik. Ini berlaku untuk objek statis! Jika bergerak, tenggang waktunya lebih lama lagi.”
Pertanyaan besarnya, apakah anak sudah mempu mencerna potensi bahaya ini di jalanan? Inilah yang dikhawatirkan. Mereka belum begitu sigap terlebih situasi emosional yang belum sestabil orang dewasa.
ORANG TUA-LAH YANG PEGANG KENDALI
Atas dasar praktis dan efisien para orang tua cenderung membelikan motor untuk anaknya sekolah.
Tepat sih asal hati-hati! Riders baru ini perlu dibekali mental dan skill agar survive.
Banyak kasus kecelakaan fatal sampai tewas disebabkan anak nggak siap mental dan skill mengendarai motor.
Makanya orang tua harus pasang kuda-kuda. Paling awal, jangan terlalu dini membelikan motor seperti anak saat SD menuju SMP.
Baru baik di usia kisaran 17 tahun (dari SMP ke SMA) berdasarkan kematangan mental atas bahaya, ketepatan mengukur ruang dan pengendalian emosi.
Nah, jika secara umur sudah mumpuni ada pertimbangan lain lo!
PAHAMI KARAKTER ANAK
Orang tua pasti lebih paham.
Tipe anak ada yang ceroboh, grabak grubuk, kalem penuh perhitungan atau di antara itu.
Anak yang bernyali gede, emosional, grasa-grusu dianjurkan tak membelikan motor berkarakter ‘panas’ macam RX-King, Kawasaki Ninja atau katakanlah Satria FU.
Cukuplah motor-motor yang lebih kalem dan tidak mengundang kebut-kebutan di jalan.
Karakter kebut-kebutan di jalan lebih baik diarahkan pada hobbies kustom kulture motor antik, vintage yang melatih kesabaran.
Atau diarahkan ke sirkuit. Secara naluriah ia juga akan hang out dengan sesamanya, klub-klub yang tidak speedy tapi suka santai, fesyen dan hang out.
DISKUSI INTENS IKHWAL SAFETY RIDING
“Tanamkan pemahaman bahwa motor adalah objek terkecil setelah sepeda di jalan raya. Artinya, motor mengandung potensi bahaya jika tidak memahami pentingnya safety riding,” jelas instruktur safety riding, Joel Deksa Mastana.
Tanamkan sifat kompetitif yang sportif pada anak yang cenderung suka kebut-kebutan.
Jangan membentuk pemahaman bahwa balap liar, atau hebat di jalanan adalah kebanggaan.
Arahkan mereka untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab bagi diri dan orang lain. J
ika ada ‘bakat’ ngebut, arahkan mereka untuk bertarung di sirkuit resmi misalnya road race, grasstrack atau stunt rider.
Support penuh, jangan dihalangi.
Sebab ‘ajakan’- magnet sirkuit sangat besar. Kita halangi bisa jadi bumerang! Anak malah ngumpet-ngumpet di arena balap liar.
UBAH ANGGAPAN KEREN ITU URAKAN
Biasanya anak usia 17-san sedang mencari eksistensi diri.
Jauhkan definisi jantan atau macho adalah sama dengan kehebatan pakai motor di jalan.
Justru sebaliknya, bawaan elegan, hati-hati dan selalu penuh perhitungan adalah kejantanan hakiki dan layak jadi idola diantara teman-temannya.
SELALU DEKAT DENGAN PERANTI SAFETY
Paling utama, pemahaman pentingnya pakai helm!
Berikan sugesti positif, “jika anak itu memakai helm setiap saat, ayah dan ibu akan tenang dan nggak begitu was-was. Jadi memakai helm otomatis bentuk menyenangkan orang tua dan ujud sayang pada mereka.
Fakta lain tentu wajib anak-anak ketahui:
1. Kecelakaan kadang tidak bisa diprediksi
2. Selalu siap hadapi kemungkinan terburuk
3. Helm kualitas baik mampu mengurangi kemungkinan cidera kepala sampai 85%. (www.motorplus-online.com)