MOTOR Plus-online.com -Transportasi roda tiga ini, mulai diimpor dan masuk ke Jakarta pada tahun 1975, di era Gubernur Ali Sadikin yang menjelma menjadi bagian dari identitas Jakarta.
Namun, semenjak digantikan bajaj biru berbahan bakar gas pada 2015, perlahan namun pasti bajaj oranye ditinggalkan dan kini menjadi barang usang.
Puluhan bajaj oranye teronggok tidak berfungsi di jalan sekitar kawasan Cideng, Jakarta Pusat, Senin (5/3/2018).
Bajaj oranye ini sudah menjadi bangkai akibat pergantian bajaj biru yang telah ditetapkan oleh pemerintah DKI Jakarta.
(Baca juga: Anggota Brimob Jadi Korban Geng Motor di Kemang, Kondisi Ditemukannya Bikin Miris)
Puluhan bajaj yang teronggok di Cideng kini sudah berkarat, bahkan sampah dan tanaman liar juga menutupi bajaj-bajaj tersebut.
Akan tetapi, sisi historis yang ada di dalamnya, membuat bajaj oranye masih dicari untuk direstorasi dan menjadi hiasan di restoran, cafe ataupun rumah menjadi koleksi pribadi.
Harganya pun terbilang terjangkau, yaitu sekitar Rp 5 juta per unit bajaj.
(Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan Bajaj Jingga yang Tinggal Nama)
A post shared by MOTOR Plus ???????? (@tabloidmotorplus) on