“Bisa dicangkokkan di bak kopling. Di sana terdapat aliran pelumas dari pompa oli,” jelas Tomy Huang, bos BRT.
Alur aliran pelumas di bak kopling bisa dilihat.
Di bibir bulatan bak kopling, dari pabrik sengaja disumbat.
Untuk melepas sumbatan harus dibor dan dibuatkan derat atau ulir agar pressure gauge bisa dipasang.
Biar lebih rapat lagi, bisa dibantu isolasi.
Supaya hasilnya akurat, setelah dipasangi pressure gauge, pelumas lama dikeluarkan.
Langsung diisi pelumas kental 20W50, merek oli ini sesuai anjuran PT AHM terdahulu.
Mesin juga dipasangi takometer untuk mengukur tekanan mesin.
Selanjutnya mesin dihidupkan sampai 6.000 rpm.
Oli kentl tekanan 0,1 MPa (Mega Pascal) atau sekitar 14,5 psi (Dok. MOTOR Plus)
Terbaca tekanan di pressure gauge menunjukkan angka di 0,1 MPa (Mega Pascal) atau sekitar 14,5 psi.
Selanjutnya mesin dimatikan dan dilakukan penggantian
oli menggunkan pelumas encer.
Yaitu menggunakan oli resmi pabrik yang memiliki kekentalan 10W30.
Langsung saja mesin kembali distarter.
Putaran dibuat mesin 6.000 rpm, sama dengan sebelumnya.
Dipastikan sama karena posisi skep sudah dikunci dari
sebelumnya lewat sekrup pengatur langsam.
Begitu diperhatikan, jarum pressure gauge menunjuk ke
angka lebih rendah. Yaitu, turun satu garis.
Oli encer, tekanan 0,080 MPa atau 11,6 psi (Dok. MOTOR Plus)
Jarum berada di angka 0,080 MPa atau 11,6 psi.
Berarti mengalami penurunan tekanan 0,02 MPa atau 0,20 kg/cm² atau 2,9 psi.
Karena memakai pelumas encer tekanan jadi rendah.
Kerja pompa jadi ringan.
Tenaga mesin untuk memompa tidak banyak terbuang.
Sehingga penggunaan bahan bakar atau bensin lebih hemat atau irit.