Find Us On Social Media :

Ramai Nikuba Diuji Sampai ke Italia Ahli ITB Pernah Ingatkan Air Tidak Bisa Digunakan Sebagai Pengganti Bensin

By Uje, Kamis, 6 Juli 2023 | 06:57 WIB
Nikuba klaim hanya butuh 1 liter bisa tempuh 460 Km (Kolase Youtube)

MOTOR Plus - online.com Nikuba atau alat pengubah air menjadi BBM saat ini tengah ramai kembali diperbincangkan publik.

Karena kabarnya Aryanto Misel selaku penemu Nikuba tengah diundang ke Italia karena mendapatkan undangan dari pabrikan otomotif disana.

Tapi sampai saat ini kontrak yang dikabarkan datang dari Ferrari, Lamborghini atau Ducati untuk mengembangkan Nikuba belum bisa dikonfirmasi kebenarannya.

Kabar ini pertama kali muncul lewat rilis resmi yang dipublikasi pada laman resmi TNI AD, pada Minggu (18/6) lalu.

"Nikuba ini memiliki fungsi memisahkan antara hidrogen (H2) dan oksigen (O2) yang terkandung di dalam air (H2O)," ujar Aryanto, dalam keterangan tertulis yang dilansir pada Selasa (4/7).

"Hidrogen yang telah terpisah kemudian dialirkan ke dalam ruang pembakaran dari mesin kendaraan bermotor," kata dia.

Tapi sejak ramai Nikuba dari tahun 2022 lalu, Aryanto tidak menjelaskan mekanisme atau teknologi yang digunakan oleh Nikuba untuk mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dalam penggunaan air sebagai bahan bakar.

Sebelumnya, pada tahun 2022 lalu juga Dr. Ing. Ir. Tri Yuswidjajanto Zaenuri, Ahli Motor Bakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menjelaskan sebuah kesalahan jika kita menganggap air bisa diubah menjadi energi untuk mesin motor dan mobil.

Baca Juga: Pertalite Langka di Bengkalis, Ribuan Pemotor Antri Sampai Mengular di SPBU

 Baca Juga: Video Ngabers di Surabaya Naik Honda Vario Lawan Arah Padahal Dendanya Besar

 

Nikuba diklaim dapat menjadikan air sebagai bahan bakar (Tribun Jabar)

"Alat itu (Nikuba) sebenarnya menggunakan energi gas HHO, bukan H2 murni," ujar Prof Yus saat itu.

"HHO (Hidrogen Hidrogen Oksigen) juga disebut sebagai gas Brown," imbuhnya.

Ia menekankan jika alat pengubah air menjadi H2 atau HHO seperti Nikuba tersebut tidak bisa menggantikan bahan bakar sepenuhnya untuk konstruksi mesin internal combustion.

Karena agar air bisa dipakai sebagai menjadi BBM seperti yang diklaim oleh Nikuba perlu proses yang dinamakan elektrolisis.

Dalam proses elektrolisis unsur kimia air H2O dipecah sampai menghasilkan H2.

"Butuh energi sebesar 180 MJ/kg untuk memproses elektrolisis air menghasilkan H2 sebanyak 1 kg untuk bisa digunakan energi pembakaran," terang Prof Yus.

Jika dipakai sebagai BBM mesin internal combustion, H2 hanya menghasilkan energi sebesar 130 MJ/kg.

Sebagai perbandingan, BBM diesel atau bensin menghasilkan energi sebesar 40-43 MJ/kg.

"Berarti ada kekurangan energi 50 MJ/kg dari 180 MJ/Kg kebutuhan energi memproses elektrolisis air menjadi H2 dan dijadikan energi bahan bakar," jabar Prof Yus.

"Sekalipun dipakai untuk mesin internal combustion, H2 tetap butuh bantuan dari energi lain seperti bahan bakar fosil," sambungnya.

Sebab kekurangan 50 MJ/kg membuat H2 tidak bisa menjadi energi tunggal untuk mesin internal combustion.

Tetap perlu bantuan BBM yang hasilnya membuat konsumsi BBM atau bensin lebih irit.

"Dibilang pengganti bahan bakar jelas tidak bisa, tapi dibilang penghemat bahan bakar sangat mungkin," simpul Prof Yus.

"Teknologi ini sudah ada lama dan memang bukan barang baru, hanya saja memang kurang efektif sehingga tidak digunakan secara massal," tutupnya.