Alasan beberapa tim sih karena masih sedikit yang menggunakan piston forging. Sehingga informasi teknis mengenai penggunaannya masih belum menyebar. Daripada spekulasi di balap yang berakibat fatal, akhirnya masih menggunakan seher biasa.
Seperti yang dialami di Honda Blade 110 pacuan Nurgianto dari tim PCO Kawahara. Untuk turun di final Honda Racing Championship (HRC) di Surabaya beberapa waktu lalu. Coba menggunakan seher forging merek Kawahara.
Ketika latihan dan QTT selalu macet dan baret. Bahkan ketika race 1 masih tetap macet. Namun ketika race 2 memberikan progres yang bagus. Start dari posisi paling belakang namun bisa meraih finish ke-6. Bagus!
Bahkan progres yang paling bagus diraih oleh Honda Blade pacuan Rey Ratukore dari Indoparts KYT Federal Oil Powered By BRT. Menggunakan seher forging Kawahara juga. Jadi, yang tercepat dan juara umum kelas 110 cc di HRC.
Rahasia keduanya bisa dijadikan acuan untuk pengguna piston forging yang masih masalah. Khusus di pacuan Nurgianto triknya dengan sedikit membuat celah seher dan boring lebih longgar.
Menurut Coki alias Jessy Liga Siswanto yang bos Kawahara, clearence piston dibuat 0,045 mm. Memang lebih longgar daripada menggunakan seher casting yang bisa 0,03 mm.
Selain itu, satu hal lagi yang harus dilakukan. Yaitu dengan mengampelas permukaan seher yang di bawah ring. Diampelas melingkar. ÔÇ£Guna menghindari gejala macet dan baret,ÔÇØ jelas Coki yang juga konsultasi dengan mekanik dari Thailand dan Taiwan dalam penggunaan piston forging
Demikian juga yang dilakukan pada Honda Blade yang dipacu Rey Ratukore. Malah berani clearence piston dibuat 0,03 mm. Artinya masih tetap sama dengan menggunakan seher biasa.
Namun tetap harus dilakukan proses pengampelasan. ÔÇ£Pantat seher melingkar diampelas rata,ÔÇØ jelas Udin Roger dan Slamet, mereka mekanik BRT yang menangani pacuan Rey Ratukore.
Meski begitu, karena clearence kecil, masih ada sedikit baret. Namun masih wajar dan masih aman sampai race selesai dan jadi yang tercepat.
Supaya lebih aman, memang harus membuat clearance yang lebih besar. Namun menurut Coki, membuat ring seher lebih cepat habis. Memang sih setiap race bisa ganti ring piston. Tapi, membuat celah atau gap ring seher jadi besar.
Karena gap besar ketika terpasang di boring, dikhawatrikan kompresi kurang padat. Akhirnya Coki konsultasi dengan bagian produksi piston forging Kawahara di pabriknya.
Berdasarkan rekomendasi dari sana, katanya disuruh menggunakan white steel. ÔÇ£Istilah lain dari baja putih,ÔÇØ jelas Coki yang mulai banyak order seher forging itu.
Baja putih lebih tahan muai atau mengkerut. Yang dimaksud mengkerut yaitu lubang boring menyempit karena panas dari pembakaran. Itu yang membuat seher rawan macet.
Pelapisan Piston Forging
Di Yamaha V-ixion, Jupiter MX135 dan Xeon menggunakan seher forging. Oleh pabrikanya dirancang ketemu dengan blok silinder DiASil. Yaitu boring silinder dari aluminium yang dikeraskan dan dipadu juga dengan silikon.
Digaransi sampai 5 tahun tidak akan oblak. Untuk itu, piston forging tidak hanya lebih kuat. ÔÇ£Tapi, harus tahan gesek supaya bisa punya life time lama,ÔÇØ jelas Junus Budi Sarojo dari Product Development PT FIM (Federal Izumi Manufacturing).
Menurut Pak Junus, supaya tahan gesek harus dikasih pelapisan. Yaitu menggunakan ferro plating. ÔÇ£Dari bawah ring seher sampai ujung bawah,ÔÇØ jelas Junus yang juga sedang membuat piston forging dengan desain terbaru. Permukaan seher yang lebih kecil menggesek liner. (motorplus-online.com)
KOMENTAR