Banyak merek menyediakan fork tipe kaki di kepala, kepala di kaki itu. Semisal, Nicetect (NTC) dan Daytona. ÔÇ£Juga ada yang mengaplikasi upside down dari limbah moge,ÔÇØ imbuh Robin dari XM Motor di Puri Beta, Lot 1 No. 6, Ciledug, Tangerang.
Diakui keduanya, selain menampilkan gaya sporty, fork upside down juga mengusung warna-warna kombinasi ngejreng. Ini yang jadi alasan pemilihan para modifikator. Jadi, penampilan motor lebih eye catching alias menarik.
Selain itu, fork ini pun menawarkan beberapa kelebihan. Bisa disetel kekerasan dan keempukannya, termasuk jarak main batang fork. Selain tersedia dudukan untuk kaliper rem cakram.
Masalahnya, baik Aput dan Robin mengakui bahwa banyak pemakai fork upside down yang tidak mengerti cara pemnyetelannya. Akibatnya, fork tidak berfungsi sebagaimana mestinya. ÔÇ£Kalau bawaannya sudah empuk, ya empuk terus. Kalau keras, bakalan terasa kayak batu selamanya,ÔÇØ kompak keduanya.
Padahal, untuk penyetelan, biasanya pabrikan fork sudah melampirkannya di kemasan. Semisal, upside down merek Daytona. Untuk menyetel rebound dilakukan dengan cara memutar bagian atas sok ke kiri (berlawanan arah jarum jam), atau ke kanan (searah jarum jam).
Tapi, merek NTC tidak punya instrument setingan khusus untuk penyetelan. ÔÇ£Model ini hanya mengandalkan kekentalan dari oli yang berada di dalam sok tersebut,ÔÇØ sebut Aput.
Memang beberapa lain tipe menuntut alat untuk menyetelnya. Tapi, biasanya alat yang digunakan umum, yaitu obeng minus. Biasanya diterapkan pada upside down limbah moge atau special engine.
Masalahnya, ada juga fork upside down yang hanya bentuknya saja terbalik. Iya, fork begini tidak punya fungsi penyetelan kelembutannya. Tipe seperti ini biasanya cuma jual tampang, alias cuma jungkir-balik. (motorplus-online.com)
KOMENTAR