Selain besarnya api, warna api busi juga sedikit bisa menentukan apakah koil itu bagus atau tidak. Api yang cenderung berwarna biru punya pembakaran bagus. ÔÇ£Karena lebih efisien membuat kalori atau panas lebih tinggi,ÔÇØ kata Freddy A. Gautama dari Ultraspeed Racing di Jl. H Mencong, Ciledug, Tangerang.
Selain itu, koil juga biasanya dibedakan dari peruntukan. Buat racing atau harian. ÔÇ£Biasanya koil racing, punya jumlah lilitan kawat lebih banyak dari koil motor harian. Maka itu, api yang dihasilkan cenderung lebih besar,ÔÇØ tambahnya.
Kepala busi minim hambatan ikut pengaruhi besarnya api ke busi Karena banyaknya lilitan kawat yang diaplikasi, energi panas yang dihasilkan juga lebih besar. Buat membuktikan, coba dilakukan pengetesan! Mengambil koil standar Yamaha Mio, part peningkat tegangan ini dibandingkan dengan koil racing. Tiga merek coba dites. Yaitu; koil Yamaha YZ125 buatan 2012, koil Pro Tec tipe Car Speed dan koil Kawahara.
Tes lewat membakar kertas oleh api busi. Semakin cepat kertas terbakar, berarti energi panas yang dihasilkan makin besar. Pakai kertas HVS 70 gram, tes pertama dilakukan pakai koil standar Mio. Hasilnya, api sedikit membuat tanda seperti titik hitam di kertas dalam waktu 8,97 detik.
Lanjut ke koil YZ 125. Koil ini juga banyak diaplikasi penyuka adu kebut di motornya. Waktu 5,69 detik dibutuhkan buat membakar kertas. Hasil pembakaran sedikit membuat bolong kertas.
Koil racing memiliki lilitan kawat lebih banyak
Kini koil Pro Tec. Membakar kertas, hanya butuh waktu 3,43 detik. Begitu juga koil Kawahara. Cukup 3,35 detik. Malah, bukan titik yang diciptakan kedua koil ini di kertas. Tapi, kertas menjadi bolong besar seiring besarnya api yang dihasilkan.
Oh ya! Sebenarnya mencari energi yang dihasilkan bisa pakai rumus W = ?¢ x L x I??. W = energi dalam joule (dalam hal ini, energi koil). L = induktansi induktor atau lilitan. I = arus listrik. (motorplus-online.com)
KOMENTAR