Sementara rekan satu timnya, Gupita Kresna Wardhana finish ke-2 di race 1 dan podium ke-3 di race 2. Korekan kedua motor ini beberapa kali ditulis MOTOR Plus. Ibnu Sambodo sang mekanik mengubah beberapa setingan khusus di Sentul ini. Apalagi bermain di Asia Road Race Championship (ARRC), berbeda regulasi dengan IndoPrix.
Paling krusial dalam penggunaan bahan bakar. Ketika ARRC harus menggunakan bahan bakar SPBU yang disediakan panitia. Menggunakan bensin dari Petronas yang memiliki angka oktan 92.
Menurut Ibnu, bahan bakar Petronas tipe ini karakternya hampir sama dengan Pertamax Plus yang punya angka oktan 95. Memaksa rasio kompresi harus turun karena oktannya lebih rendah dibanding bensol ketika dipakai di IndoPrix.
Ketika menggunakan bensol, main-jet pasnya ukuran 210. ÔÇ£Tapi, begitu pakai bahan bakar petronas jadi 220,ÔÇØ jelas Ibnu yang sarjana elektro sekaligus mesin itu.
Begitupun pilot-jet, harus lebih naik dari ketika menggunakan bensol. ÔÇ£Sekarang aplikasi pilot-jet 45,ÔÇØ jelas Ibnu yang menggunakan karburator Mikuni TM 24 sesuai regulasi.
Namun untuk timing pengapian masih sama dengan seting menggunakan bensol. Akibat seting menggunakan bensin oktan rendah ini, torsinya lebih rendah 10 persen. Meski akselerasi rada bolot tapi tertolong karena trek Sentul yang panjang.
Bermain di musim balap 2012, ada yang baru di tim Manual Tech. Yaitu menggunakan knalpot R9 (Racing Generation). Sesuai dengan idealisme Ibnu yang lebih cinta produk dan kemampuan lokal. Pipa buang yang digunakan R9 tipe Sentul. Untuk Indoprix pakai bahan titanium dan ARRC stainless steel.
Aplikasi knalpot baru dan setingan yang sekarang, Ibnu menemukan angka keramat di tahun 2012 ini. Yaitu angka yang didapat dari data logger Mycron 4. Tepatnya angka pengukuran suhu ketika balap.
Menurut Ibnu, angka yang optimal yaitu 120 derajat celcius. Didapat ketika geber di Sirkuit. Angka itu harus dijaga pembalap ketika di lintasan. Ketika angkanya melonjak harap jaga irama putaran mesin. Jangan digass poolll.... (motorplus-online.com)
KOMENTAR