Di antara faktor itu, faktor lingkungan tidak aman merupakan elemen yang tidak dapat dikontrol pengendara. ÔÇ£Seperti misalnya, mobil tiba-tiba berbelok tanpa sein atau binatang yang tiba-tiba lewat. Ini di luar kekuasaan pengendara. Sedangkan faktor perilaku tak aman seluruhnya berada dalam diri si pengendara,ÔÇØ kata instruktur yang beralamat di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Dalam kejadian itu, menurut Jusri, berdasarkan keterangan dari 4 orang saksi mata menyebutkan Toyota Kijang Innova yang dikendarai Mahendra Tarigan sudah melakukan perlambatan, dengan kecepatan sekitar 10 km/jam. Lampu sein juga sudah hidup. Jarak antara mobil dan trotoar sekitar 1 meter.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan ini. ÔÇ£Pertama kondisi pengendara fatique alias kelelahan, atau sedang melamun atau kurang konsentrasi. Sehingga perkiraan pengukuran yang dilakukan melesat,ÔÇØ jelas Jusri lebih jauh.
Kelelahan dan tidak konsentrasi atau melamun ini menyebabkan koordinasi antara otak yang memberikan sinyal ke gerakan jadi tidak sinkron. Jusri menilai penyebab fatal kecelakaan ini karena benturan di tulang leher atau whiplash. ÔÇ£Saat terjatuh bagian belakang korban membentur pembatas hidran yang ada di sisi jalan,ÔÇØ ungkapnya.
Dari sisi safety gear yang digunakan menurut Jusri, juga sudah cukup memenuhi standar keselamatan dengan helm dan jaket yang baik. Namun sekali lagi, ia mengingatkan safety gear yang baik tidak memberikan jaminanan keselamatan optimal. Begitu pula dengan skill berkendara yang mumpuni hanya nomor ke sekian. Penting untuk diingat bermotor merupakan aktivitas dengan potensi bahaya paling tinggi. (motorplus-online.com)
KOMENTAR