Berat badan bukan masalah sepele. Karena, berat badan sangat berpengaruh di balapan, khususnya balapan motor bebek yang tenaganya tak sebesar motorsport. Di ilmu teknik mesin, kita mengenal istilah power weight to ratio. Artinya, perbandingan antara berat dengan tenaga mesin. Makin rendah hasil perbandingannya, makin ringan kerja mesin dan motor pun makin cepat.
Mengatasi berat, kuncinya denga memainkan kompresi mesin. Kompresi dibikin lebih tinggi daripada pembalap yang berbobot kurang dari 60 kg. ÔÇ£Untuk pembalap lain di sirkuit tertentu, biasanya kompresi cuma 13 : 1 atau bahkan 12 : 1. Tapi, untuk Agus Setiawan, aku mematok kompresi 13,6:1,ÔÇØ tegas Heru Kate, andalan tim Yamaha Yamalube TDR FDR NHK Yonk Jaya.
Meski begitu, ada konsekuensinya. Putaran atas jadi lebih memble. ÔÇ£Gak papa mengorbankan putaran atas. Toh di YCR banyak memakai sirkuit non permanen. Trek lurusnya tak lebih dari 300 meter,ÔÇØ tambah pria yang akrab disapa Pakde ini.
Resiko selanjutnya mesin gampang jebol. Karena, kompresi tinggi membuat suhu mesin gampang melonjak. Hal ini disiasati dengan membuat aliran kabut bahan bakar lancar. Sehingga, membantu mendinginkan mesin.
Mulai menjejalkan spuyer ukuran 108/60 ke dalam Karburator PWK bermoncong 28. Biar alirannya lancar, durasi kem dipatok 272 derajat yang menggerakkan Klep sonic 28 dan 23 mm.
Spuyer besar dan klep besar, otomatis debit bahan bakar melimpah. Kemudian dikompresi piston TDR 55,25 mm. Kabut bahan bakar ini diledakkan saat 36 derajat sebelum TMA. (motorplus-online.com)
KOMENTAR